Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BEI Catat Emisi Obligasi Rp84,15 Triliun Hingga Oktober

BEI Catat Emisi Obligasi Rp84,15 Triliun Hingga Oktober Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Efek Indonesia mencatat total emisi surat utang atau obligasi dan sukuk sejak awal tahun hingga 27 Oktober 2016 mencapai 59 emisi dari 41 emiten senilai Rp84,15 triliun.

Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Group 1, BEI I gede Nyoman Yetna dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (27/10/2016), mengemukakan jumlah itu bertambah seiring dengan dicatatnya obligasi berkelanjutan III BFI Finance Indonesia tahap I tahun 2016 dengan nilai nominal sebesar Rp1 triliun.

Dijelaskan, obligasi berkelanjutan III BFI Finance Indonesia tahap I tahun 2016 itu terdiri atas seri A (BFIN03ACN1) dengan nilai nominal Rp317 miliar dengan jangka waktu 370 hari kalender, seri B (BFIN03BCN1) dengan nilai nominal Rp550 miliar berjangka waktu 3 tahun, dan seri C (BFIN03CCN1) dengan nilai nominal Rp133 miliar berjangka waktu 5 tahun.

"Hasil pemeringkatan dari PT Fitch Ratings Indonesia (Fitch) untuk obligasi itu adalah A+(idn) (single A plus). Sementara bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk," paparnya.

Dijelaskan, dengan pencatatan itu maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 305 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp295,53 triliun dan 50 juta dolar AS, diterbitkan oleh 102 emiten.

Sementara surat berharga negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 94 seri dengan nilai nominal Rp1.740,60 triliun dan 1.240 juta dolar AS. Serta enam Efek Beragun Aset (EBA) senilai Rp2,22 triliun.

Sebelumya, Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono mengatakan penghimpunan dana melalui penerbitan obligasi pada 2016 ini cukup marak seiring dengan tren penurunan suku bunga acuan.

"Kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan akan membuat biaya dana penerbitan obligasi menjadi lebih murah," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, kondisi itu juga akan membuat "yield" obligasi di dalam negeri menjadi turun dan akan mendorong harga obligasi meningkat. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: