Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kadin Ingin Keselarasan Kualitas Lulusan Pendidikan Tinggi

Kadin Ingin Keselarasan Kualitas Lulusan Pendidikan Tinggi Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menginginkan keselarasan dan peningkatan kualitas tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi agar sesuai dengan kebutuhan industri dan beragam perusahaan di Tanah Air.

Ketua Komite Tetap Kebijakan Pendidikan Kadin Asdi Narang kepada pers di Jakarta, Kamis (17/11/2016), menyebutkan pembangunan SDM dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu kualitas, kuantitas, dan mobilitas penduduk.

Menurut Asdi Narang, kualitas SDM dapat dikatakan membaik antara lain ditandai dengan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat.

"Selama ini Indonesia diuntungkan dengan jumlah angkatan muda yang cukup memadai, namun itu tidak serta merta menjadi sumberdaya untuk meningkatkan kesejahteraan. Salah satu prasyarat yang harus dipenuhi yaitu penduduk harus berkualitas. Salah satu aspek dalam peningkatan kualitas penduduk yaitu pendidikan," papar Asdi.

Berdasarkan data BPS per Agustus 2016 menyebutkan bahwa lulusan Perguruan Tinggi yang bekerja sebanyak 12,24 juta dengan tingkat pengangguran sebesar 5,61 persen.

Asdi mengungkapkan, setiap tahun jumlah lulusan perguruan tinggi lebih banyak ketimbang jumlah pekerja yang diperlukan oleh perusahaan.

Namun, lanjutnya, masih banyak perusahaan di Indonesia yang kesulitan mendapatkan tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan.

Sebelumnya, Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) menyatakan adanya keperluan mendesak untuk membenahi sumber daya pendidikan yang ada di Republik Indonesia karena harus selaras dengan kebutuhan industri nasional.

"Lemahnya kompetensi tenaga kerja Indonesia merupakan persoalan serius yang mendesak dan perlu dibenahi. Salah satu solusinya adalah melalui akselerasi penerapan sertifikasi ketenagakerjaan," kata pendiri LP3I Syahrial Yusuf dalam rilis di Jakarta, Senin (17/10).

Menurut Syahrial, sertifikasi dan uji kompetensi ini dapat menjadikan pekerja lebih fokus dan memiliki bukti keahlian tertentu, terutama dalam era global seperti sekarang ini.

Syahrial meminta pemerintah untuk serius membenahi kondisi tenaga kerja Indonesia, dan jangan sampai negeri ini menghasilkan banyak produksi pengangguran terdidik.

"Kami khawatir bahwa kampus hanya akan memproduksi pengangguran intelektual. Untuk menuntaskan masalah ini, kami menerapkan sistem pendidikan yang nantinya bisa langsung diterapkan oleh mahasiswa jika sudah tamat," katanya.

Syahrial cukup kaget bila peringkat daya saing global Indonesia pada tahun 2016 anjlok 4 level menjadi peringkat 41 ketimbang tahun sebelumnya yang mencapai peringkat ke-37 dan ironisnya lagi skornya sebesar 4.52 pun masih tak beranjak.

Untuk itu, ujar dia, pemerintah harus memberi fokus lebih untuk alokasi perhatian soal kompetensi tenaga kerja.

"Apalah arti industri bila SDM kurang mempuni, ini bisa sebabkan kurangnya produktivitas," ungkapnya dan mengingatkan masih besarnya ketimpangan keahlian pekerja dengan industri kerja yang tak sesuai atau dengan kata lain lulusan perguruan tinggi. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: