Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

The Beer Game

Oleh: ,

Warta Ekonomi, Jakarta -

Salah satu permainan simulasi favorit saya adalah Beer Game. Ini adalah foto pada saat kita menjalankan training Integrated Channel Management Pertamina di mana para eksekutif area memainkan peran sebagai factory, distributor, wholesaler, dan retailer.

Permainan ini merupakan simulasi yang menunjukkan bahwa keserakahan pengusaha seringkali malah menyebabkan kerugian bagi diri mereka sendiri.

Beer Game mengajarkan bahwa kekacauan jalur distribusi (barang menumpuk sehingga menjadi "stok mati" atau sebaliknya kekurangan barang karena salah prediksi), sebenarnya diakibatkan karena beberapa hal yang bisa dicegah, yaitu

1. Egoisme Pengusaha

Keserakahan dan sikap mau menang sendiri seringkali menyebabkan pengusaha menumpuk barang atau malah tidak bersedia menyimpan stok. Cara berpikir I win, you lose ini membuat semua orang melindungi kepentingannya sendiri-sendiri;

2. Kurang Komunikasi

Pengusaha terbiasa merahasiakan jumlah stok yang mereka miliki maupun kondisi pasar yang mereka hadapi. Hal ini biasanya disebabkan oleh kecurigaan bahwa pihak prinsipal akan melangkahi atau menekan mereka atau kondisinya akan bocor kepada pesaing atau mungkin karena praktik-praktik seperti menghindari pajak atau menimbun barang (dalam kasus barang subsidi, seperti misalnya elpiji bisa merupakan potensi pengoplosan apabila tidak didapatkan transparansi alur barang).

3. Cara Berpikir Belum pada Taraf Sistem

Kebanyakan pengusaha masih memiliki mindset tradisional yang bahkan ada beberapa yang belum mempergunakan IT yang memadai. Bagi mereka, konsep komunikasi antar-komputer dari penjual ke pembeli adalah sesuatu yang bukan ajaib, tetapi juga tidak ada gunanya.

Saya selalu menekankan pentingnya seorang area manajer untuk bertindak sebagai "pemimpin" di sini karena merekalah yang seharusnya menjadi orang yang dihormati (dan kalau perlu "ditakuti") oleh channel. Seorang leader yang kuat sangat diperlukan agar anggota channel bisa "rukun", mau mengikuti instruksi, dan bersedia bekerja sama.

In difficult situation, it is not enough for you to be just a manager instead you have to be a leader.

Penulis: Alex Mulya, CEO Axia World Indonesia, Marketing Research & Consultancy

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: