Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Resolusi DK PBB yang Tak Biasa untuk Israel (II)

Resolusi DK PBB yang Tak Biasa untuk Israel (II) Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Israel Kecam AS dan PBB

Keputusan tidak biasa AS untuk tidak menggunakan hal veto (menolak) sehingga DK PBB pun secara bulat meminta agar Israel menghentikan pembangunan permukiman di wilayah Palestina yang mereka duduki, menuai kecaman Israel, sekutu lamanya. Keputusan diambil di tengah tekanan berat dari Israel yang telah sekian lama menjadi sekutu utama AS serta permintaan presiden terpilih AS Donald Trump agar Washington menggunakan hak vetonya. Menteri Energi Israel Yuval Steinitz dilaporkan mengatakan bahwa AS telah meninggalkan Israel. Ia menilai resolusi itu sebagai antiIsrael.

Sementara itu Perdana Menteri Israel Banjamin Netanyahu menegaskan negaranya akan meninjau kembali hubungannya dengan PBB pascaresolusi itu. Saat pemungutan suara di Dewan Keamanan, AS tidak menggunakan hak veto terhadap rancangan seperti yang telah sering dilakukannya. Netanyahu menyebut keputusan AS itu sebagai sikap yang "memalukan".

"Saya sudah meminta Kementerian Luar Negeri untuk dalam waktu satu bulan menyelesaikan peninjauan kembali seluruh hubungan kita dengan Perserikatan Bangsa-bangsa, termasuk pemberian dana Israel ke lembaga-lembaga PBB serta keberadaan perwakilan PBB di Israel," kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan.

Sambutan Dunia

Di lain pihak, resolusi itu disambut baik oleh Liga Arab, terutama setelah serangkaian usulan resolusi yang gagal. Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul-Gheit menyebut resolusi itu sebagai penyelamat solusi dua negara. Senada dengan Sekretaris Jenderal PBB Ban Kimoon. Aboul-Gheit menyampaikan penghargaan atas "sikap berani" yang disahkan oleh negara yang memberi suara mendukung resolusi tersebut. Ia menilai resolusi itu "akhirnya mengarah kepada konsensus internasional yang tak pernah dicapai sebelumnya dan menyerukan dihentikannya pembangunan permukiman Yahudi".

Kantor berita Xinhua melaporkan jika pada awal Desember, Knesset, Parlemen Israel, mulanya menyetujui dua rancangan kontroversial pro-permukiman yang dimaksudkan untuk, berlaku surut, mensahkan sebanyak 4.000 rumah serta pos depan tidak sah Israel dan memungkinkan pengambil-alihan kembali lebih banyak tanah Palestina di Tepi Barat Sungai Jordan.

Disebutkan pula lebih dari 400.000 pemukim Yahudi saat ini tinggal di Tepi Barat dan sedikitnya 200.000 orang lagi tinggal di Jerusalem Timur, yang diinginkan Palestina sebagai Ibu Kota Negara masa depan Palestina. Sayangnya bertahun pembahasan masalah pemukiman bagai menemui jalan buntu, resolusi bagi Israel juga bukan pertama kalinya dijatuhkan.

Namun di atas semuanya, pengesahan resolusi kali ini menunjukkan bahwa pada 2016 rakyat Palestina tidak sendirian dalam menghadapi ketidak-adilan dan kolonisasi. Presiden Palestina Mahmoud Abbas bahkan menyampaikan harapan besarnya agar 2017 menjadi tahun diakhirinya pendudukan Israel pascakonferensi internasional bagi perdamaian Timur Tengah yang akan diselenggarakan di Paris pada Januari 2017. (Ant/Benardy Ferdiansyah)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: