Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Realisasi APBN-P 2016 Defisit 2,46%

Realisasi APBN-P 2016 Defisit 2,46% Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Keuangan mencatat realisasi penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 sebesar Rp 1.551,8 triliun atau 86,9% dari target? sebesar R1.786,2 triliun.

Sementara itu belanja negara yang direalisasikan pemerintah sebesar Rp 1.859,5 triliun atau 89,3% dari target APBN-P 2016 yang sebesar Rp2.082,9 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dengan kendisi tersebut maka defisit APBN-P 2016 mencapai 2,46% terhadap PDB, di bawah target yang ditetapkan sebesar 2,35%. "Jadi defisitnya sebesar Rp307,7 triliun, target sebelumnya Rp296,7 triliun," ujar Sri Mulyani, dalam konferensi pers di Gedung Djuanda, Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (3/1/2016).

Secara rinci, realisasi penerimaan negara berasal dari perpajakan Rp 1.283,6 triliun (83% dari target APBN-P 2016), penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 262,4 triliun, serta hibah Rp 5,8 triliun. "Realisasi sementara penerimaan perpajakan mencapai Rp1.283,6 triliun atau 97,2% dari outlook penghematan atau 3,5% dari 2015," paparnya.

Sementara realisasi belanja negara yang sebesar Rp1.859,5 triliun terdiri atas porsi belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.148,6 triliun, yang meliputi belanja Kementerian/Lembaga (K/L) dan non K/L. Selanjutnya transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp 710,9 triliun.

Realisasi ini masih dianggap angka sementara, karena sesuai dengan prosedur, realisasi harus diaudit terlebih dahulu oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK kemudian akan menyampaikan hasil audit yang biasanya terjadi pada pertengahan tahun.

"Kami masih menuliskan sementara karena yang pasti dalam bentuk laporan keuangan audited. Pesannya adalah apbn 2016 kita bisa kelola pada akhirnya dengan fokus bisa menjalankan isntrumen yang sngt penting ini secara kredibel, efektif dan efisien serta berkelanjutan," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: