Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

IKM Makanan Bakal Terkena Dampak Kenaikan Tarif Listrik (1)

IKM Makanan Bakal Terkena Dampak Kenaikan Tarif Listrik (1) Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Bogor -

Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Bogor, Jawa Barat, mengatakan kenaikan tarif dasar listrik yang diberlakukan oleh PLN berdampak pada industri kecil menengah khususnya industri makanan.

"Kenaikan tarif dasar listrik pasti berdampak khususnya bagi IKM yang menggunakan mesin yang dijalankan dengan listrik," kata Ketua Dekranasda Kota Bogor, Yane Adrian Bima Arya di Bogor, Jumat (6/1/2017).

Menurut Yane, IKM yang akan berdampak kebanyakan bergerak di sektor industri makanan. Karena bagi IKM yang memproduksi makanan, listrik salah satu biaya investasi produksi.

"Biasanya kenaikan tersebut mendorong harga produksi makanan sekitar 20 persen," katanya.

Ia mengatakan, jumlah UMKM di Kota Bogor hingga November 2016 tercatat sebanyak 24 ribu tersebar di 68 kelurahan, bergerak di sektor produksi makanan, dan juga kerajinan.

"Untuk IKM kerajinan tidak begitu terdampak besar, kecuali yang bergerak di produksi pakaian, karena menggunakan mesin jahit listrik. Tetapi jumlahnya tidak sebanyak IKM makanan," katanya.

Menurutnya, IKM yang memproduksi pakaian menggunakan listrik untuk alat potong atau las dan lem tembak. Sementara IKM makanan menggunakan listrik untuk mengolah bahan untuk memproduksi.

"Untuk mengantisipasi dampak ini, secara detailnya, kami akan mendiskusikannya lebih banyak dengan para IKM dan mencarikan alternatif agar industri tetap berjalan," katanya.

Dampak kenaikan tarif dasar listrik sudah dirasakan sejumlah pelaku usaha di Kota Bogor yang mengkhawatirkan keberlangsungan usahanya dengan bertambahnya ongkos produksi yang harus mereka keluarkan.

Ade Rohayati pengusaha krispy jamur, dan produk olahan pertanian di Kota Bogor, mengatakan, kenaikan tarif listrik dapat mempengaruhi biaya produksinya.

"Ya ada kekhawatiran lah, kalau tarif listrik naik berpengaruh pada biaya produksi. Listrik kami perlukan untuk penerangan, dan produksi bahan olahan krispi," katanya.

Menurut dia, selama ini setiap bulan ia harus mengeluarkan biaya sebesar Rp200 ribu sampai Rp250 ribu untuk membayar pemakaian listrik konvensional dengan daya 900 VA.

Penggunaan listrik selain untuk kebutuhan rumah tangga, juga untuk keperluan usaha pembiatan krispy jamur, krispy bayam, kacang telor, dan aneka kudapan khas Bogor lainnya.

Usaha yang dilakoni Ade sudah berjalan sejak 2012, dalam satu hari ia memproduksi 10 kg aneka kudapan yang berasal dari olahan produk pertanian, jamur, kacang, bayam dan masih banyak lainnya. Produk didistribusikan ke sejumlah pelanggan di kelurahan dan juga beberapa sentra penjualan produk pertanian.

"Kebetulan saya anggota Asosiasi Pasar Tani (Aspartan) Kota Bogor di bawah pendampingan Dinas Pertanian, sudah bergabung sejak 2013," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: