2017, Garuda Indonesia Target Buka 155 Gerai Layanan Kargo di Indonesia Timur

Usai meresmikan gerai layanan kargo di Kantor Pos Indonesia cabang Slamet Riyadi, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Garuda Indonesia menargetkan akan membuka gerai serupa di sejumlah daerah lain di Indonesia Timur. Pada 2017, maskapai penerbangan nasional ini berencana membuka 155 gerai di Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Papua.

"Tahap pertama, kami memang menargetkan pembukaan 155 outlet atau gerai di Indonesia Timur. Untuk Sulsel, kami mendorong untuk membuka gerai di setidaknya empat lokasi kantor cabang PT Pos Indonesia, seperti di Parepare, Bone, Palopo dan Bulukumba," kata Sigit di Makassar, kemarin.

Sigit menjelaskan tiap gerai layanan kargo tersebut diharapkan meraup pendapatan Rp25 juta per bulan. Bila ditotal, bisnis kargo di Indonesia Timur itu bisa meraup USD 3,5 juta tiap tahun. Secara nasional, dari total 4600 kantor pos, pihaknya menargetkan separuhnya bisa dibuka gerai layanan kargo yang berpotensi mendulang puluhan juta dollar.

Berdasarkan data Garuda Indonesia, bisnis kargonya meraup pendapatan USD 228 juta atau setara Rp3 triliun sepanjang 2016 (estimasi kurs dollar Rp13.200). Bisnis kargo Garuda Indonesia bertumbuh 14 persen. Pada 2015, pendapatan kargo perusahaaan pelat merah tersebut tercatat USD 202 juta atau setara Rp2,66 triliun.?

Menurut Sigit, koloborasi Garuda Indonesia dan PT Pos Indonesia akan memudah pengguna jasa untuk pengiriman barang dari perkotaan ke pedesaan maupun sebaliknya. Kedua BUMN itu diklaimnya juga akan mendapatkan nilai lebih dan keuntungan. "Suksesnya bisnis kargo harus dekatkan diri ke konsumen dan memiliki network yang kuat," tutur dia.

Kepala Regional 10 PT Pos Indonesia (Persero), Arifin Muchlis, mengatakan kerjasama perluasan jaringan dan layanan kargo ini akan memberikan nilai tambah bagi pengguna jasa Garuda Indonesia maupun PT Pos Indonesia. Disebutnya, pelanggan akan semakin dimudahkan melakukan pengiriman-pengiriman yang sebelumnya tak bisa dilakukan, khususnya item valuable goods dan dangerous goods.?