Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Dorong Inflasi di Singaraja Turun di Bawah Tiga Persen

BI Dorong Inflasi di Singaraja Turun di Bawah Tiga Persen Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Denpasar -

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali mendorong agar tingkat inflasi di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, menurun pada kisaran di bawah tiga persen dari 4,57 persen tahun 2016 sehingga inflasi di Pulau Dewata lebih stabil.

"Kalau bisa (inflasi) di Singaraja turun lagi sekitar tiga atau dibawah tiga persen hingga Bali bisa dibawah nasional," kata Kepala Perwakilan BI Denpasar Causa Iman Karana di Denpasar, Kamis (19/1/2017).

Causa yang juga selaku Wakil Ketua TPID Bali itu memberikan atensi kepada perkembangan inflasi di Singaraja salah satunya dengan menggelar rapat dengan instansi terkait di kabupaten itu untuk menekan laju inflasi di daerah setempat.

Hal itu dilakukan, kata dia, mengingat pencacahan inflasi di Bali dilaksanakan di dua tempat yakni di Singaraja dan Denpasar dengan bobot masing-masing 17 persen dan 83 persen. Selama tahun 2016 inflasi di Singaraja tercatat mencapai 4,57 persen dan Denpasar sebesar 2,94 persen sehingga total inflasi di Bali mencapai 3,23 persen, lebih tinggi dari nasional sebesar 3,02 persen.

Penyumbang inflasi di Bali Utara itu masih didominasi oleh kelompok bahan yang rentan mengalami kenaikan harga atau volatile food?seperti bahan makanan baik secara bulanan maupun tahunan. Selain itu komunikasi, transpor dan jasa juga berperan andil memicu inflasi serta makanan jadi, minuman, rokok dan tembau juga berkontribusi.

Untuk itu dalam rapat dengan instansi terkait di Singaraja, pria yang akrab disapa Pak CIK itu mengatakan bahwa telah diambil langkah untuk memberdayakan PD Pasar yang diharapkan dapat menjadi stabilisasi harga baik di tingkat produsen maupun level konsumen.

Selain itu, pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan lahan sempit atau halaman pekarangan ruman untuk dijadikan areal tanaman pangan seperti cabai rawit dan sayuran yang kerap mengalami kenaikan harga karena tidak stabilnya pasokan yang disebabkan cuaca buruk.

Sehingga apabila terjadi kenaikan harga seperti harga cabai rawit yang menyentuh harga Rp110 hingga Rp130 ribu dapat disiasati karena sudah dapat menghasilkan cabai rawit yang dipetik dari halaman rumah sendiri. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: