Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Naikkan Proyeksi Perekonomian Global 2017 jadi 3,4%

BI Naikkan Proyeksi Perekonomian Global 2017 jadi 3,4% Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) optimis pertumbuhan ekonomi global tahun ini bakal lebih dari tahun sebelumnya. Oleh sebab itu, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2017 bisa mencapai 3,4%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 3,2%.

"kami sambut baik ternyata di Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kemarin, kami sepakat bahwa ekonomi dunia di 2017 akan lebih baik. BI sebelumnya perkirakan 2017 di 3,2 persen, ternyata kami sepakat itu bisa jadi 3,4 persen," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di kompleks perkantoran BI, Jakarta, Jumat (20/1/2017).

Dia menuturkan, membaiknya perekonomian dunia didukung oleh ekonomi AS dan Tiongkok yang juga mengalami perbaikan. Perbaikan ekonomi AS didorong oleh peningkatan konsumsi dan meningkatnya investasi nonresidensial.

Selain itu, tingkat pengangguran AS berada pada level rendah dengan inflasi yang mengarah ke target jangka panjangnya. Sementara itu, perekonomian Tiongkok mengalami pertumbuhan membaik, tercermin pada peningkatan penjualan eceran dan investasi swasta.

"Pertumbuhan ekonomi AS ketika kami review, angka pengangguran rendah, konsumsi dan investasi yg baik dan inflasi seperti yang ditargetkan," tutur Agus.

Adapun untuk di pasar komoditas, harga minyak dunia diperkirakan dalam tren meningkat. Demikian pula, harga komoditas ekspor Indonesia membaik ditopang oleh kenaikan harga batubara dan beberapa jenis logam khususnya tembaga dan timah.

"Kami sambut baik juga harga komoditas khususnya andalan ekspor Indonesia di kajian kami naik, jadi di 2016 sudah ada kenaikan, di 2017 akan kembali ada kenaikan. Kami juga perhatikan harga minyak dunia baik karena negara OPEC setuju kurangi produksi dan negara non OPEC sepakat jaga produksi agar harga lebih baik. Kondisi di dunia seperti itu kami sambut positif," tutur Agus.

Kendati begitu, Agus menilai, sejumlah risiko global tetap perlu diwaspadai, antara lain berasal dari dampak kebijakan fiskal dan perdagangan internasional AS, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang berpotensi meningkatkan cost of borrowing, proses penyesuaian ekonomi dan keuangan Tiongkok, serta berbagai risiko geopolitik.

"Tapi ada ketidakpastian karena kami tahu kalau FFR naik maka bunga 3 thn ke depan khsusnya USD akan naik Jadi masyarakat atau korporasi yang pinjam USD harus siap dgn kondisi yang lebih mahal," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: