Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KLHK Ungkap Penggunaan Kantong Plastik di Masyarakat Menurun

KLHK Ungkap Penggunaan Kantong Plastik di Masyarakat Menurun Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan hasil uji coba kebijakan kantong plastik berbayar selama 2016 menunjukkan penggunaan kantong plastik di masyarakat menurun.

Kepala Sub Direktorat Barang dan Kemasan Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian LHK, Ujang Solihin Sidik mengungkapkan, kantong plastik yang banyak digunakan dalam aktivitas berbelanja masyarakat selama ini menjadi penyumbang sampah yang merusak lingkungan.

Oleh karena itu untuk menekan konsumsi kantong plastik, lanjutnya di Jakarta, Minggu, pemerintah menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar dengan menerapkan tarif Rp200/kantong di pusat perbelanjaan modern yang saat ini masih dalam taraf uji coba dan sosialisasi di masyarakat.

Dari hasil uji coba di 23 kota selama Februari hingga Mei 2016, menurut Ujang, penggunaan kantong plastik di masyarat terlihat menurun hingga 55,1 persen, sedangkan dari uji coba di seluruh Indonesia selama Januari-September 2016 menunjukkan konsumsi kantong plastik berkurang hingga 13,8 persen.

"Sementera itu melalui advokasi-advokasi pada konsumen turun membantu menekan penggunaan kantong plastik, bahkan penurunannya hingga 49,2 persen," katanya.

Menurut dia, pihaknya terus berupaya merubah perilaku masyarakat untuk dapat mengurangi penggunaan kantong plastik bahkan jika perlu tidak lagi memanfaatkannya saat berbelanja namun menggantinya dengan membawa tas yang bisa dipakai berkali-kali sehingga mengurangi limbah plastik.

Ujang mengatakan, saat ini kantong plastik menyumbang sebanyak 60 persen dari total sampah plastik di Indonesia. Dalam waktu dekat Peraturan Menteri LHK tentang kebijakan kantong plastik tidak gratis segera diterbitkan, lanjutnya, diharapkan semua toko ritel akan bebas plastik kresek di tahun 2019 sedangkan pada semua pasar tradisional di tahun 2020.

Sebelumnya dalam kegiatan forum diskusi Pojok Iklim yang digelar di Kabupaten, Serang Banten, Sabtu (4/2) masyarakat diajak untuk mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mendaur ulang untuk mewujudkan Indonesia Bebas Sampah tahun 2020. Langkah tersebut juga menjadi bagian upaya mewujudkan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen sebagai kontribusi mitigasi perubahan iklim global.

Pojok Iklim merupakan forum diskusi multipihak yang dimotori Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang mengangkat aksi-aksi nyata di tingkat tapak terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Sarwono Kusumaatmadja dan Wakil Bupati Serang Pandji Tirtayasa.

Staf Ahli Menteri LHK bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Agus Justianto menekankan pentingnya upaya bersama dalam mewujudkan komitmen Indonesia untuk pengurangan emisi GRK. "Dukungan antar sektor, pemerintah daerah dan masyarakat amat penting untuk mencapai target Kontribusi Nasional yang Diniatkan (NDC) sebesar 29 persen dengan upaya sendiri atau 41 persen dengan dukungan internasional," katanya.

Salah satu upaya bersama yang bisa dilakukan adalah pengelolaan sampah, lanjutnya, berdasarkan NDC, pengelolaan sampah menyumbang sekitar 1 persen terhadap pengurangan emesi GRK, sedangkan sektor lain yang memberikan sumbangan adalah kehutanan dan energi.

Potensi ekonomi Pemilik Mitra Kreasi Handycraft, Farid menyatakan, mengakui pemanfaatan sampah tak hanya ramah lingkungan tapi juga memiliki potensi ekonomi. Pihaknya memanfaatkan sisa produksi kertas PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (IKPP) Serang, unit industri Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, untuk menghasilkan berbagai kerajinan dan kantong belanja.

"Saya mendapatkan alokasi sisa kertas produksi atau waste sebagai bahan baku utk dibuat barang kerajinan atau handycraft yg dapat kami jual dengan harga yang bagus," katanya. Saat ini dia mampu memperkerjakan 20-25 orang anak muda yang tadinya pengangguran untuk membuat barang-barang cindera mata dari kertas sampah pabrik, seperti miniatur kapal pinisi, becak, mercusuar serta badak bercula satu.

Dia menuturkan pesanan tak hanya dari PT IKPP, tapi juga dari hotel dan perusahaan lain di Serang. Dia berharap dukungan yang lebih besar untuk pemasaran produknya.

Sementara itu Ketua Perkumpulan Ahli Ilmu Lingkungan (IESA) Dr Tri Edhi Budhi Soesilo menekankan pentingnya mengubah perilaku manusia dalam pengelolaan sampah. "Peraturan perundang-undangan untuk pengelolaan lingkungan sudah sangat banyak, namun tak pernah ditaati. Untuk itu perlu mengubah budaya dengan melakukan edukasi secara konsisten," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: