Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bakso Bom, Menaikkelaskan Usaha Kecil Jadi Bisnis Ratusan Juta Rupiah

Bakso Bom, Menaikkelaskan Usaha Kecil Jadi Bisnis Ratusan Juta Rupiah Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anke Dwi Saputro, pria kelahiran Solo, 4 Juli 1979, adalah seorang pengusaha bakso yang sukses dalam bisnisnya. Anke memilih untuk berbisnis kuliner bakso karena baginya bakso adalah makanan nomor satu di Indonesia yang digemari oleh berbagai kalangan mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua. Selain itu, proses pembuatan bakso sangat mudah serta dapat dinikmati di berbagai musim.

Berawal dari usaha keluarga yang dimulai dari Erwin, salah seorang kerabat yang sudah 20 tahun menekuni usaha mie ayam di kawasan Bekasi Selatan. Selama menjalankan usaha berjualan mie ayam, penghasilan Erwin hanya dapat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan belum tergolong sejahtera.

Kemudian di tahun 2008, Erwin mulai menambah usaha mie ayamnya dengan bakso berkat saran dari para senior penjual bakso. Bersama keluarganya termasuk Anke, usaha Erwin dimodernisasi dengan inovasi yang kreatif, yaitu bakso dengan beraneka macam isi, seperti daging cincang pedas, keju, telur, urat, dan granat. Inovasi tersebut ternyata mampu membuat usaha baksonya semakin diminati pelanggan dan hingga saat ini dikenal dengan brand Bakso Bom.

Menurut Anke, Bakso Bom memiliki kualitas yang berbeda dengan bakso lainnya. Adapun, yang membedakan Bakso Bom dengan bakso lain adalah varian isi yang beragam dan bahan baku yang terbuat dari 90% daging sapi asli, yaitu 10 kilogram daging sapi hangat (daging yang tidak melalui proses pendinginan) dan? satu kilogram tepung. Bahan tambahan bakso pun bebas dari bahan berbahaya seperti bahan pengawet, pemutih, pengenyal, dan vetsin.

Kemudian proses produksi yang dilakukan di central kitchen Bakso Bom memerlukan pengawasan yang ketat guna menjaga kualitas bakso. Anke menyampaikan dirinya sangat detail memperhatikan aspek produksi, seperti penggunaan sarung tangan dan kepala ketika proses produksi dilakukan. Menurutnya, hieginitas dan kesehatan adalah hal yang selalu diprioritaskan untuk dapat membuat konsumen bertahan.

"Kita yakin, kalau produk kita kualitasnya baik, orang pasti akan selalu balik lagi," ucap Anke kepada tim Warta Ekonomi di Jakarta, Kamis (9/2/2017).

Selain itu, gerai Bakso Bom juga sangat representatif sehingga pelanggan akan merasa nyaman saat menikmati bakso. Kemudian harga bakso yang berkisar Rp20 ribu per mangkuk juga sangat terjangkau bagi para pelanggan. Komitmen tersebut ternyata mampu meningkatkan kepercayaan konsumen untuk tetap bertahan menjadi pelanggan Bakso Bom.

Hingga tahun 2015, Bakso Bom berhasil membuka cabang di lokasi yang berbeda, yaitu di Bekasi Timur. Cabang tersebut juga tidak sepi pelanggan, namun justru lebih diserbu pembeli daripada gerai yang sebelumnya.

Kemudian di tahun 2016, Bakso Bom menjalin kerja sama dengan Sentra Waralaba Indonesia (SWI) yang merupakan organisasi inkubasi bisnis UKM dan Franchise. Kerja sama tersebut mampu membuahkan hasil hingga Bakso Bom memiliki cabang mitra di wilayah Jakarta Timur. Dalam sehari, lebih dari 200 porsi ludes terjual.

Saat ini Anke memiliki dua cabang Bakso Bom dan delapan cabang Bakso Bom milik mitra yang berlokasi di Bekasi Selatan, Bekasi Timur, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Cilegon, Cibubur, dan Jonggol, dengan omzet Rp1,5 hingga 5 juta per hari dari setiap outletnya. Artinya, dalam sebulan tiap outlet bisa meraup pendapatan hingga Rp150 juta.

Di tahun 2017 ini Anke menargetkan untuk membuka 25 cabang untuk wilayah Jabodetabek dan sekitar Jawa Barat. Anke mengaku belum dapat membuka cabang di luar Jawa Barat karena harus mempertahankan kualitas bakso yang tidak dapat bertahan dalam waktu lama.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: