Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Modal Rp1.000, Kue Tali-tali Datangkan Untung Puluhan Juta Rupiah

Modal Rp1.000, Kue Tali-tali Datangkan Untung Puluhan Juta Rupiah Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Berbisnis tidak harus dimulai dengan modal besar. Kemampuan dan kepercayaan diri merupakan modal yang jauh lebih berarti untuk memulai bisnis. Prinsip itulah yang dipegang keluarga Yusuf Toro (55) yang sukses menjalankan usaha rumahan pembuatan kue tradisional. Hasilnya, hanya dengan modal tabungan sebesar Rp1.000, Yusuf mengembangkan usahanya dan kini mampu meraup untung puluhan juta rupiah per bulan.

Putra ketiga Yusuf, Zubair, menceritakan usaha kue otere alias kue tali-tali dirintis ayahnya sejak 1980-an. Yusuf mempelajari resep hingga pengolahan bahan baku kue tali-tali tersebut saat masih menjadi karyawan seorang warga keturunan Tionghoa. Setelah sekitar tiga tahun mencuri ilmu bosnya, bapak lima anak tersebut akhirnya memutuskan memilih menjadi wirausahawan mandiri.

"Alhamdullilah, keputusan bapak berbuah manis. Dulu modalnya cuma tabungan gaji selama bekerja sekitar Rp1.000. Sekarang, pendapatan kue tali-tali ini bisa mencapai Rp60-80 juta dalam sebulan," kata Zubair saat ditemui Warta Ekonomi di rumah sekaligus lokasi usahanya di Jalan Masjid Jabal Nur, Kelurahan Maccini Raya, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Sulsel, Sabtu?(11/2/2017).

Perjuangan keluarga Yusuf mengembangkan bisnis kue tradisional ini penuh liku. Bantuan dana sangat sulit didapatkan mengingat usahanya pada mulanya masih berskala kecil. Seluruh peralatan yang digunakan manual. Pekerjanya tidak lain adalah sang istri, Elsa dan beberapa kerabat dekat. Kala itu, produksinya sangat terbatas yakni maksimal 20 bal per hari.

Perlahan tapi pasti, Yusuf dibantu istri dan anak-anaknya berhasil mengembangkan usaha kue tali-tali yang diberi merek Cap Jempol. Bantuan berupa kredit usaha rakyat dari BRI pun datang dan diinvestasikan untuk membeli peralatan produksi berbasis mesin listrik. Mulai dari mesin penggilingan, mesin potong, hingga alat penggorengan khusus.

"Hanya pembuatan adonan tali yang masih dikerjakan manual oleh sekitar 10 orang. Maunya sih pakai mesin, tapi memang belum ada mesin khusus yang bisa mengolah adonan menyerupai tali," ucap dia.

Penggunaan mesin langsung berdampak pada peningkatan produktivitas. Kini, produksi kue tali-tali mencapai 50 bal per hari. Tiap bal berisi 50 bungkus. Zubair menyebut pemasaran produknya yang dulunya sebatas di Kota Makassar, kini menjangkau seluruh kabupaten/kota se-Sulsel, kecuali Selayar. Adapun, Selayar masiih terkendala akses karena merupakan daerah kepulauan.

Kue tali-tali racikannya, Zubair menyebut amat digemari lantaran memiliki cita rasa berbeda dengan kue tradisional lainnya yang serupa. Rasa kue tali-tali buatannya manis, gurih, dan lembut. Kebanyakan kue serupa cukup keras. Kue tali-tali ini laris manis di daerah, khusus di Toraja.

"Di Toraja, berapa pun yang kami pasok selalu habis karena di sana dipakai dalam acara adat. Kue ini selalu diburu," ujarnya.

Zubair mengimbuhkan pihaknya ingin untuk mengembangkan pemasaran produknya tidak sebatas di Sulsel. Untuk itu, ia berencana memanfaatkan pemasaran online. Hanya saja, pihaknya terlebih dulu ingin memantapkan kemasan produknya yang diakuinya masih sangat konvensional.

"Kalau kemasan sudah keren, baru kita online-kan. Saya sudah ada rencana buat website dan pasarkan di medsos, mulai Facebook, Twitter, Bukalapak, Tokopedia, dan lainnya," ucap Zubair yang memang fokus pada bidang strategi manajemen dan pemasaran kue tali-tali keluarga Yusuf.

Tidak hanya itu, Zubair mengatakan pihaknya juga berencana untuk memasok kue tali-tali ini ke sejumlah toko oleh-oleh di Kota Daeng. Toh, kue ini cukup laris diburu oleh orang-orang dari luar provinsi. Sayangnya, keberadaan kue tali-tali malah terpinggirkan di Kota Makassar akibat serbuan kue-kue modern, seperti brownies dan aneka donat maupun roti.

Lebih jauh, Zubair mengakui masih banyak hal yang mesti dibenahi pihaknya, di samping persoalan pemasaran. Salah satunya mengenai manajemen risiko. Usaha kue tradisional ini memang belum diasuransikan. Namun, pihaknya menjaga kelangsungan produksinya dengan jalan senantiasa menjaga kemitraan dengan sejumlah pedagang di daerah. Alhasil, permintaan kue tali-tali bisa stabil.

Tidak hanya kue tali-tali, dalam lima tahun terakhir ini, Zubair mengatakan pihaknya membuat varian lain yakni kue kacipo atau keciput. Kue keciput tersebut biasanya baru dibuat bila ada pesanan atau pada bulan Ramadhan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: