Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Eppi Raup Rp40 Juta/Bulan dari Bisnis Makanan Jepang

Eppi Raup Rp40 Juta/Bulan dari Bisnis Makanan Jepang Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Berawal dari hobinya menyantap makanan Jepang, Eppi mencoba terjun ke dunia bisnis makanan negeri sakura. Keinginan untuk membantu sesama menjadi alasan kuat Eppi untuk menggeluti bisnis kuliner tersebut. Dengan label Tanoshii Japanese Food, ia berhasil menyekolahkan anak asuhnya yang berjumlah puluhan orang mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

"Alhamdulillah sejak lima tahun berjalan bisnis ini sudah mulai terasa hasil kerja kerasnya," katanya kepada Warta Ekonomi di Bandung, Sabtu (11/2/2017).

Eppi mengatakan alasan dirinya memulai usaha makanan Jepang adalah untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan positif, meningkatkan perekonomian?keluarga, serta?memberikan lapangan pekerjaan kepada orang yang membutuhkan.?Ia menyampaikan?Tanoshii kini sudah memperkejakan?10 karyawan.

Wanita kelahiran Bandung 41 tahun lalu ini menjelaskan awal mendirikan Tanoshii dimulai dengan merencanakan produk yang sangat disukai oleh dirinya. Lalu ia mulai menentukan target pasar dengan cara memperluas jaringan/pertemanan/networking, kemudian membangun tim yang solid.

"Dan yang paling penting menjalin komunikasi yang baik dengan konsumen, supplier, dan tim kerja. Tentukan produk apa yang kita senangi, yang bikin kita enjoy menjalaninya sehingga enggak?akan mudah bosan karena?ada passion kita di sana," ujarnya.

Dalam memulai bisnisnya, pemilik nama lengkap Eppy Winaningsih ini menilai modal finansial bukan kendala utama dalam mengawali terjun ke dunia wirausaha. Menurutnya, modal?entrepreneur paling utama adalah adalah jaringan/networking. Eppi yang hanya lulusan sekolah menengah atas (SMA) ini mengatakan bahwa dengan jaringan relasi yang baik untuk menjual produk maka usaha akan berjalan lebih mudah. Oleh karena itu, dia memutuskan bahwa untuk permodalan hanya menggunakan uang?pribadi dan bukan pinjaman dari bank. Selain itu, usaha yang ia geluti hingga kini belum memiliki asuransi.

"Modal yang paling utama adalah networking bukan uang. Dengan banyaknya networking untuk menjual produk akan lebih mudah dan alhamdulillah usaha berkah walau tanpa pinjaman," terangnya.

Bukan tanpa hambatan dalam menjalankan bisnis, pemilik toko yang berada di kawasan Jalan Antapani Bandung ini mengaku sumber daya manusia dan lokasi berjualan kerap menjadi tantangan dalam menjalani usaha. Di samping itu, dia mengaku pernah menjalankan bisnis baju muslim selama empat tahun dengan menyuplai ke Yogya Departemen Store se-Jabar dengan brand Al Kiswah, sayangnya gagal karena pecah kongsi.

"Ketika pecah kongsi saya enggak?bisa produksi karena saya enggak?paham di baju, yang membuat saya bangkit, bila kita ingin tetap eksis berusaha maka usaha di bidang yang kita kuasai," katanya

Sambil menyelam minum air, mungkin istilah tersebut layak ia sandang. Dirinya mempromosikan Tanoshii dengan cara mengikuti berbagai kegiatan sosial seperti mengadakan bakti sosial dengan memberikan pelatihan kepada teman-teman baik formal maupun informal, memberikan pelatihan ke warga binaan lapas wanita Sukamiskin, komunitas, serta menggunakan media sosial seperti Instagram, Path, Line, dan Facebook.

"Yang paling efektif memanfaatkan media sosial karena tidak memerlukan biaya besar dengan jangkauan yang luas," imbuhnya.

Dalam menghadapi persaingan bisnis, dikatakan pemilik hobi fotografi ini mengaku harus kreatif dan inovatif dalam menciptakan produk. Ia juga mengatakan seorang entrepreneur harus terus belajar dan?mengamati tren produk yang berkembang di masyarakat, produk yang layak jual, dan packaging produk. Misalnya, ketika penjualan sushi menurun maka harus disiasati dengan produk baru.

"Aku jual Sushi Box kemasan untuk personal, lunch, family & party. Variasi produk lain ayam panggang teriyaki, Chicken crispy, lalu desertnya juga fruit pie, klappertart, aneka pie, dan pie brownies, spicy wing, dan sushi goreng," jelasnya.

Kerja keras Eppi membuahkan hasil, kini usahanya memiliki omzet sekitar Rp40 juta per bulan dengan komposisi penjualan 50 persen produk Sushi, 30 box ayam, dan 20 dessert. Eppi mengatakan akan terus melakukan ekspansi usaha dengan membuka di beberapa lokasi baru. Selain itu, dia berharap agar perusahaannya bisa berbadan hukum karena selama ini proses perizinan dari pemerintah masih terbilang sulit.

"Saya berharap pemerintah lebih aware terhadap pelaku usaha kecil menengah, dipermudahlah dalam proses perizinan," ungkapnya.

Eppi pun tak lupa membagikan rahasia suksesnya menjalankan bisnis Tanoshii Japanese Food, di antaranya berani keluar dari zona nyaman untuk mencapai tujuan, jangan pernah merasa gengsi untuk memulai?belajar dari nol, dan selalu menambah wawasan tentang produk.

"Jangan mudah putus asa ketika bisnis mengalami guncangan, lakukan promosi berkala, dan fokus pada usaha yang dijalani," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: