Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menghidupkan Ekonomi Lokal dengan Kewirausahaan dan Keuangan Mikro

Menghidupkan Ekonomi Lokal dengan Kewirausahaan dan Keuangan Mikro Kredit Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Warta Ekonomi, Jakarta -

Potensi Garut dan realisasi kesejahteraan masyarakatnya berbanding terbalik. Hal ini karena terjadi brain drain tingkat daerah sehingga Garut mengalami defisit kreativitas dalam mengolah potensi besar tersebut.

Goris Mustaqim (32) menyadari betul hal ini. Oleh karena itu, melalui fokus program bidang kewirausahaan Yayasan Asgar Muda, ia mengembangkan semangat kewirausahaan untuk mengkreasikan potensi tersebut lewat program Garut Entrepreneurship Challenge (GEC) yang dimulai tahun 2008. Pada program GEC ini, para pemuda Garut didorong untuk merealisasikan ide bisnis mereka melalui sebuah lomba yang di dalamnya tercakup workshop bisnis, mentoring, dan temu bisnis pada puncaknya.

Rancangan GEC ini tergolong komprehensif dan sangat terdepan bagi daerah yang sempat berstatus tertinggal seperti Kabupaten Garut. Kenapa? Hal ini karena GEC tidak sekadar lomba yang menyaring ide atau rencana bisnis, tetapi juga memberikan pelatihan dan mentoring untuk peserta terpilih, kemudian mempertemukan mereka dengan pebisnis yang lebih besar dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan bisnis mereka.

Proses ini sarat tantangan karena iklim kewirausahaan di Garut pada awalnya tergolong statis dan pasif. Namun, hasil sedikit tetap jauh lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Keyakinan itu membuat Asgar Muda terus menjalankan GEC dan saat ini sudah melakukan pembinaan kepada sekitar 15 wirausaha muda.

Salah satu potensi lokal Garut adalah akar wangi dan pohon sengon. Garut sempat menjadi daerah pengekspor minyak akar wangi terbesar di dunia, namun saat ini hanya berada di posisi ketiga setelah Haiti dan Bouron karena kualitas yang tertinggal dan harga bahan bakar yang terus naik sehingga para petani semakin terjepit.

Melihat hal ini, Asgar Muda berupaya membangun kembali semangat kewirausahaan petani dengan memberikan dukungan berupa penelitian. Penelitian ilmiah ini ditujukan untuk memperbaiki mutu minyak akar wangi agar petani bisa menjual minyak akar wangi mereka dengan harga yang lebih tinggi.

Selain fasilitasi penelitian, Goris melalui Asgar Muda juga menggandeng beberapa stakeholder untuk membantu menyediakan sumber bahan bakar berkelanjutan dan murah (geotermal) untuk industri kecil dan menengah akar wangi. Harapannya, dengan penerapan teknologi hasil penelitian dan sinergi berbagai stakeholder, minyak akar wangi Garut dapat kembali mendunia dan kesejahteraan petaninya pun dapat meningkat.

Hal serupa sedang diupayakan pula untuk petani kayu sengon. Mereka menggandeng beberapa investor melalui program kemitraan yang menawarkan investasi pada perkebunan kayu.

Kewirausahaan petani juga diberdayakan agar mereka turut menjadi investor kecil. Secara paralel, Asgar Muda melakukan berbagai tindakan pemasaran untuk memastikan bahwa tiga tahun ke depan, ketika kayu siap panen, sudah ada pembeli yang akan menyerap hasil perkebunan kayu yang dibina. Sejalan dengan semakin dinamisnya iklim kewirausahaan di Garut, sejak tahun 2008 Goris menyadari perlunya lembaga keuangan untuk mendukung kegiatan ekonomi di tingkat lokal. Lembaga keuangan tersebut akan difokuskan untuk membantu wirausaha lokal yang potensial namun masih terkendala pendanaan.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pada awal tahun 2010, mereka secara tak sengaja bertemu dengan beberapa tokoh masyarakat di Kecamatan Pasirwangi yang menyampaikan keinginan bekerja sama dengan pola pemberdayaan melalui Baitul Maal wat Tanwil (BMT). BMT adalah sebuah model lembaga keuangan mikro (LKM) berbasis syariah yang memiliki unit sosial untuk mengelola dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf, serta unit ekonomi yang memberikan masyarakat akses terhadap layanan simpanan dan pembiayaan.

Keinginan ini merupakan wujud ketidaksukaan tokoh-tokoh tersebut pada berbagai skema kredit yang sekadar proyek dan hibah tanpa pengembalian. Selain itu, model BMT yang mengamalkan prinsip syariah dianggap cocok dan sesuai dengan karakter masyarakat yang mayoritas muslim.

Gayung pun terus bersambut dan alam semesta seakan mendukung. Sebuah anak perusahaan BUMN yang beroperasi di wilayah setempat sedang ingin mengarahkan program corporate social responsibility (CSR) pada hal-hal yang berkelanjutan dan mendidik masyarakat agar mandiri.

Untuk memperbesar dukungan, Goris mengajak orang-orang Garut yang sudah sukses di luar Garut untuk ikut menyertakan modal. Akhirnya, pada tahun 2010 BMT Pasirwangi didirikan bekerja sama dengan BMT One untuk pendampingan sistem dan metode. Tahun 2012 Asgar Muda mendirikan BMT baru di Banjarwangi. Saat ini BMT Asgar sudah memiliki lebih dari 850 pemanfaat.

Sumber: Buku?Berani Jadi Wirausaha Sosial?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: