Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Arah Putaran Kedua Pilkada DKI Jakarta (II)

Arah Putaran Kedua Pilkada DKI Jakarta (II) Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kedua partai ini bisa menjadi jembatan untuk mengonstruksikan lagi hubungan itu demi memperlebar pintu dalam menarik kekurangan sembilan persen suara.

Khusus PPP, partai ini memiliki nilai plus karena memiliki hubungan tradisional yang dekat dengan warga asli Jakarta, Betawi, yang porsinya besar dalam ceruk suara DKI.

Yang bisa dilakukan Anies-Sandi Sebagaimana Ahok-Djarot, kubu Anies-Sandiaga juga memiliki bekal besar mempunyai basis 40,05 persen atau 2.200.636 suara yang hanya tiga persen di bawah jumlah pemilih Ahok-Djarot. Angka-angka ini kemungkinan besar akan sulit pindah ke lain hati pada putaran kedua nanti.

Faktor Prabowo Subianto dan performa debat telah menguatkan afinitas pemilih kepada pasangan ini. Debat Pilkada DKI Jakarta kemungkinan besar telah menjadi salah satu determinan hebat dalam menggiring suara.

Seperti pula terjadi pada Ahok-Djarot, pasangan Anies-Sandi harus siap menghadapi dekarakterisasi yang dapat mengubah pandangan pemilih kepada mereka. Apalagi ketentuan KPU mengenai tidak ada kampanye selama putaran kedua, akan menjadi tantangan, kalau tidak disebut kerugian, bagi mereka.

Anies-Sandi, juga Ahok-Djarot, harus siap menghadapi kenyataan bahwa keseluruhan diri mereka akan dibuka habis-habisan, termasuk masa lalunya.

Namun dibandingkan dengan Ahok-Djarot, secara teoritis pasangan ini seharusnya akan lebih mudah memikat pemilih Agus-Sylvi, mengingat mood umum pemilih kedua pasangan ini relatif identik.

Namun statistik seperti itu tak selalu bersesuaian dengan matematika politik yang setiap waktu bisa berubah oleh manuver kubu-kubu yang tengah bersaing dalam pemilu.

Anies-Sandi juga mesti berhati-hati untuk tidak gegabah mengubah citra intelektual, santun dan mampu merangkul semua kalangan yang selama ini melekat pada mereka.

Pada matra lain, Anies-Sandi harus lebih sering lagi menguatkan kesan tegas dan keras hati karena ini erat kaitannya dengan konsistensi yang menjadi aspek penting kepemimpinan Jakarta yang pada debat terakhir ditanyakan oleh Agus-Sylvi kepada Anies.

Namun Anies-Sandi tampaknya telah mengalami kemajuan pesat dengan sudah berani agresif di panggung debat sehingga menambah bobot tegas dan berani yang bisa menguatkan citra sebagai pemimpin yang kuat.

Dan sebagaimana Ahok-Djarot, Anies-Sandi juga harus lebih intensif bertatap muka langsung dengan warga. Apalagi mereka mungkin satu-satunya pasangan yang paling banyak menarik manfaat dari metode itu.

Faktor Jokowi-Prabowo Yang juga menarik dari putaran kedua Pilkada 2017 adalah atmosfernya yang mendadak mengingatkan orang kepada romantisme Pemilu 2014 ketika Joko Widodo dan Prabowo Subianto berhadapan.

Kedua tokoh ini diyakini akan menjadi variabel tak terpisahkan pada putaran kedua ini, dengan Prabowo lebih bebas bergerak ketimbang Jokowi yang sudah menjadi Presiden RI.

Namun patut diingat, prilaku pemilih acap tak bisa dramalkan, apalagi jika berkaitan dengan isu-isu yang menjadi bahan perdebatan luas yang biasanya dinamis selama Pilkada. Dan pengelolaan isu adalah salah satu hal pokok dalam menarik pemilih suara mengambang.

Juga mesti dipertimbangkan, mengutip pakar psikologi Tamara Avant dari South University, Savannah, Amerika Serikat, bahwa "Pemilih sangat terpengaruh oleh pemimpin transformatif yang percaya diri, punya pengalaman, beremosi kuat, dipercaya, optimistis dan fokus kepada tindakan".

Bagian terbesar warga Jakarta agaknya tak jauh berbeda dari asumsi Avant ini, setidaknya hasil suara putaran pertama lalu menjadi buktinya. (Ant/Jafar M. Sidik)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: