Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dampak Risalah Fed, Wall Street Berakhir Bervariasi

Dampak Risalah Fed, Wall Street Berakhir Bervariasi Kredit Foto: Arif Hatta
Warta Ekonomi, New York -

Saham-saham di Wall Street diperdagangkan dalam kisaran sempit dan berakhir bervariasi pada Kamis pagi (23/2/2017) WIB, karena para investor mencerna risalah dari pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 32,60 poin atau 0,16 persen menjadi ditutup pada 20.775,60 poin. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 2,56 poin atau 0,11 persen menjadi berakhir di 2.362,82 poin, dan indeks komposit Nasdaq merosot 5,32 poin atau 0,09 persen menjadi 5.860,63 poin.

Para pedagang terus memantau risalah pertemuan kebijakan bank sentral untuk petunjuk lebih lanjut tentang kapan dan berapa kali bank sentral akan menaikkan suku bunga tahun ini.

Pejabat-pejabat Fed mengungkapkan keyakinan mereka dalam perekonomian dan mengharapkan kenaikan suku bunga berikutnya akan "segera" diputuskan, risalah pertemuan kebijakan moneter terbaru Fed menunjukkan pada Rabu (22/2).

Para pejabat Fed juga menekankan ketidakpastian kebijakan pemerintahan Trump.

"FOMC mengharapkan menaikkan suku bunga segera, tetapi menunggu data sebelum memutuskan kapan tepatnya," kata Chris Low, kepala ekonom di FTN Financial, dalam sebuah catatan.

Ketua Fed Janet Yellen mengatakan pekan lalu bahwa menunggu terlalu lama untuk menaikkan suku bunga bisa memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga lebih cepat, yang bisa mengambil risiko mengganggu pasar keuangan dan mendorong ekonomi ke dalam resesi.

FOMC dijadwalkan bertemu pada 15 Maret. Menurut alat FedWatch CME Group, ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga pada Maret mencapai 17,7 persen.

Saham-saham AS memperpanjang kenaikannya pada Selasa (21/2), mencetak rekor tertinggi baru, karena investor terutama mempertimbangkan sejumlah laporan laba perusahaan.

Pasar ekuitas AS telah membukukan keuntungan tajam sejak Trump memenangkan pemilihan presiden November lalu, karena investor bertaruh bahwa ia akan mengejar pemotongan pajak perusahaan besar-besaran, melakukan deregulasi dan belanja infrastruktur. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: