Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Butuh BUMN Produsen Sumber Daya Genetik, Apa Itu?

Indonesia Butuh BUMN Produsen Sumber Daya Genetik, Apa Itu? Kredit Foto: Pirn.lipi.go.id
Warta Ekonomi, Jakarta -

Profesor Riset Bidang Mikrobiologi LIPI Endang Sukara mengatakan Indonesia membutuhkan BUMN yang khusus memproduksi hasil-hasil penelitian dan pengembangan (litbang) dari sumber daya genetik.

"Perlu dikomunikasikan ke Kementerian BUMN, supaya ada BUMN baru untuk memproduksi kekayaan hayati kita," kata Endang dalam Focus Group Discussion Pentingnya Kebun Raya Dalam Perlindungan Plasma Nutfah di Indonesia Yang di digelar di Jakarta, Kamis (23/2/2017).

Sejauh ini, menurut dia, belum ada cerita sukses dari pemanfaatan sumber daya genetik yang bisa menghasilkan miliaran dolar AS di Indonesia. Pengembangan hingga pemanfaatan sumber daya genetik yang lebih maju masih membutuhkan waktu, dana dan sumber daya manusia yang lebih mumpuni.

Hal yang harus digarisbawahi,kata Endang. adalah hanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang bisa menentukan nilai dari keanekaragaman hayati (kehati).

Dan saat perkembangan ilmu pengetahuan dunia terkait sumber daya genetik sudah pada tahap menulis gen dan gen editing, "synthetic biology" yang dilakukan melalui pendekatan transdisiplin atau metadisiplin, di Indonesia kondisinya sangat tertinggal.

Ia mengatakan saat ini Indonesia baru di tahap pertama, yakni pertelaan morfologi dan sifat-sifat biologi, dan baru mulai melangkah ke tahap dua untuk pertelaan tentang DNA melalui sequencing. "Itu pun kita belum mampu membaca manfaat kehati dengan amat sangat cepat," ujar Endang.

Tapak liman Salah satu contoh sumber daya genetik yang bernilai jutaan dolar AS yang tidak dilanjutkan penelitiannya oleh Indonesia namun dilanjutkan oleh peneliti Cina dan peneliti-peneliti adalah Elephantopus scaber atau Tapak Liman.

Kini Cina memiliki 26 paten dari hasil pengembangan kehati yang berkhasiat untuk pengobatan hipertensi, antitumor, dan mampu menekan pertumbuhan sel kanker payudara dan paru-paru dari senyawa kimia isodeoxyelephantopin ini.

Contoh lain sukses pengembangan sumber daya genetik yakni Ziconotide dari "cone snail venom" yang 1000 kali lebih efektif menghilangkan rasa sakit dari pada morfin dan tidak membuat adiktif. Ziconotide dijual dengan harga 6,5 juta dolar AS.

Wakil Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) Sonny Keraf mengatakan 20.000 hingga 30.000 spesies tumbuhan dunia ada di Indonesia dan sebagian besarnya endemik. Persoalannya sumber daya hayati tersebut semakin cepat hilang akibat kegiatan tambang, perambahan hutan, perkebunan dengan cara membakar dan pembangunan.

Pengembangan kebun raya untuk memajukan plasma nutfah, menurut dia, sebagai cara mempertahankan sumber daya hayati dari kepunahan. Dan YKRI akan mendukung LIPI dengan kebun rayanya untuk melaksanakan pembiayaan eksplorasi kehati, melindungi benih kehati yang potensial, membantu memperbanyak sumber daya genetik yang hampir punah dan menyelamatkan yang masih ada.

Sementara itu, Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI Didik Widyatmoko mengatakan Indonesia sudah saatnya menempatkan kehati menjadi pilar ekonomi, bukan lagi minerba.

Berdasarkan catatan LIPI, Indonesia sebagai salah satu pusat kehati tumbuhan dunia memiliki 27.500 jenis tumbuhan berbunga (10 persen tumbuhan berbunga dunia), memiliki 20 persen Gymnospermae dan tumbuhan tingkat rendah dunia.

Selain itu, Indonesia memiliki 24 dari 35 jenis mangga dunia, 37 jenis dan 3.609 varietas pisang dari 76 jenis pisang dunia, 91 jenis manggis dari 500 jenis manggis dunia, 21 dari 28 jenis durian dunia dan 13 dari 21 jenis salak dunia. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: