Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Setelah 47 Tahun, Kunjungan Bersejarah Raja Arab Saudi (2/2)

Setelah 47 Tahun, Kunjungan Bersejarah Raja Arab Saudi (2/2) Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peneliti senior Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Jakarta Ali Munhanif menilai kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud ke Indonesia akan meningkatkan tujuan investasi Timur Tengah, khususnya negara-negara teluk.

Kunjungan Raja Salman ke Indonesia akan besar pengaruhnya terhadap dua hal. Pertama, sesuai dengan janji pemerintah Arab Saudi sendiri, RI akan makin menjadi negara tujuan investasi Timur Tengah, khususnya negara-negara teluk.

Kedua, kata dia, kerja sama melawan radikalisme dan terorisme yang dijalankan oleh negara-negara yang terkena dampak teroris akan makin berjalan secara sinergis dan sistematis.

Hal itu dimungkinkan karena baik Indonesia maupun Arab Saudi adalah dua negara berpengaruh di dunia Islam. Dalam konteks itu, meningkatkan hubungan kerja sama, khususnya investasi adalah kunci membangun aliansi antara negara-negara besar di dunia Islam.

Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI) Dr. Yon Machmudi menilai kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz ke Indonesia memiliki arti penting dan strategis bagi kedua negara. Mengapa kunjungan ini sangat penting? Ini dapat dilihat dari dua hal. Pertama, kunjungan ini adalah yang pertama bagi Raja Saudi setelah hampir 47 tahun ini tidak ada kunjungan ke Indonesia.

Padahal, sejak Orde Baru, beberapa Presiden Indonesia telah melakukan beberapa kali kunjungan yang dimulai dari Abdurahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga Jokowi. Tidak adanya kunjungan Raja Saudi sejak 1970 hingga saat ini adalah sesuatu yang janggal.

Kedua perubahan politik dunia, terutama di Amerika Serikat yang sedang kurang bersabahat dengan Islam dan Timur Tengah, juga menjadikan kunjungan itu menjadi penting. Kebijakan Presiden Trump yang diskriminatif terhadap Islam dan Timur Tengah membuat ketidaknyamanan bagi para investor Timur Tengah.

"Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia mulai dilirik oleh negara-negara di kawasan Timur Tengah," tutur peraih gelar Ph.D. dari Australian National University itu.

Yon menilai sejak kepemimpinan Raja Abdullah (2005 s.d. 2015) telah terjadi pergeseran arah politik luar negeri Arab Saudi dengan menjadikan Asia sebagai mitra alternatif menggantikan hegemoni Barat (Amerika).

Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia, pada tahun 2050 akan masuk empat besar raksasa ekonomi dunia, sangat berpotensi menjadi alternatif bagi para investor Saudi.

Diharapkan adanya kunjungan Raja Salman yang bersejarah ini bisa mewujudkan investasi Arab Saudi ke Indonesia dengan dasar saling menguntungkan dan menghargai. (Ant/Ahmad Wijaya)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: