Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Cabai di Sumut Anjlok, Petani Rugi

Harga Cabai di Sumut Anjlok, Petani Rugi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Medan -

Harga cabai merah sejak tanggal 22 Februari kemarin mengalami penurunan yang sangat tajam. Setelah sempat bertahan dikisaran harga 30 ribu per Kg. Harga cabai merah saat ini dijual dikisaran harga 15 ribu hingga 20 ribu rupiah per Kg. Harga tersebut harga yang diterima oleh konsumen akhir. Alhasil, petani pun rugi.

Padahal sebelumnya harga cabai merah sempat meroket hingga ke 100 ribu rupiah per Kg. Dan mengakibatkan Sumut mengalami tekanan inflasi yang cukup signifikan. Kontribusi kenaikan harga cabai tersebut terhadap inflasi sebesar 4%. Yang mengakibatkan laju tekanan inflasi di Sumut? melewati batang atas 5.5% seperti yang ditargetkan BI selama ini.

"Sekarang kondisinya berbeda. Cabai turun sangat tajam. Dan lagi-lagi ini menunjukan bahwa pemerintah kita belum memiliki kontrol yang tepat untuk menjaga stabilitas harga di masyarakat. Kalau harganya naik tentunya konsumen yang dirugikan. Pada saat sekarang harganya terpuruk. Ya jelas petani yang akan dirugikan,"kata pengamat ekonomi Gunawan Benjamin, Senin (27/2/2017).

Melihat fenomena harga cabai sekarang ini. Sumut seperti tidak memiliki kekuatan untuk mengontrolnya. Padahal dengan turunnya harga cabai merah belakangan ini, seharusnya pemerintah bisa mengupayakan agar harga tidak turun terlalu dalam. Pemerintah harus turun tangan untuk menstabilkan harga di pasaran.

"Jangan sampai melemah tidak terukur seperti ini. Karena masyarakat Sumut bukanlah hanya konsumennya saja. Petani kita juga masyarakat Sumut yang juga membutuhkan kestabilan harga agar daya beli masyarakat kita tetap terjaga. Bukan seperti yang terjadi seperti saat ini. Dimana pasar mengendalikan sepenuhnya harga di tingkat masyarakat. Seakan pemerintah tidak hadir untuk menstabilkannya,"ujarnya.

Padahal, lanjutnya,? disaat harga anjlok seperti sekarang. Pemerintah bisa menyimpannya untuk diawetkan agar disaat terjadi kenaikan harga bisa digunakan untuk meredamnya. Selain itu, bisa memanfaatkan manajemen pasokan (gudang) untuk melindungi daya beli petani yang rentan terpuruk saat harga komoditasnya anjlok.

"Yang dibutuhkan itu adalah kestabilan harga. Bukan naik turun dengan membentuk volatilitas yang sangat lebar seperti yang terjadi sekarang. Ditambah dengan ranta distribusi yang panjang serta tidak efisien. Dengan harga 15.000 per Kg, maka berapa harga yang didapat di tingkat petani kita. Jangan-jangan tidak lebih dari 5000 hingga 7000 per Kg. Nah terus siapa yang peduli terhadap nasib mereka,"pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: