Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jatuh Bangun Silvia Jalani Bisnis Dimsum

Jatuh Bangun Silvia Jalani Bisnis Dimsum Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bisnis waralaba atau franchise tidak selalu menguntungkan pelaku usaha. Sebagaimana yang dirasakan Silvia Maharani Dewi (30), seorang pengusaha kuliner dimsum yang sempat gagal saat menjalankan bisnis waralaba.

Berawal dari kondisi sang suami Syaiful Ikhsan yang akan memutuskan resign dari pekerjaan untuk fokus mengurus sekolah milik kakeknya, Silvi mulai berpikir untuk mencari bisnis sampingan. Dari kegemaran suami mengonsumsi makanan khas sunda bernama cilok, ide pun mulai muncul di benak Silvi untuk membeli bisnis waralaba cilok dengan brand Bogarasa yang saat itu sedang naik daun di pasaran pada 2015 lalu.

Awal menjalankan bisnis waralaba cilok, Silvi terkejut dengan kondisi pasar yang sangat gandrung terhadap jenis kuliner yang dijualnya. Dalam sehari Silvi mampu menjual 1.000 butir cilok.

Melihat respons pasar yang menguntungkan tersebut, Silvi pun berpikir untuk menambah jumlah gerobaknya dengan membeli dua gerobak cilok lagi. Namun sayang, bertambahnya gerobak cilok ternyata tidak menghasilkan keuntungan yang lebih besar untuk Silvi lantaran pasar hanya bersifat musiman. Ketiga gerobaknya pun harus terparkir dan tidak lagi beroperasi.

Silvi yang juga bekerja di sebuah perusahaan import chemical dan plastic?masih terus mencari ide untuk berwirausaha. Berangkat dari makanan kegemaran suami pula, Silvi memutuskan untuk berbisnis dimsum.

Namun dimsum yang dproduksi Silvi dan suami bukan dismsum yang bisa langsung disantap, tetapi dimsum frozen?yang harus melalui proses pengukusan untuk bisa dikonsumsi. Ide tersebut merupakan pengalaman Silvi dan suami yang harus menunggu waktu sore untuk bisa menikmati jenis makanan ini. Karena, biasanya gerai dimsum baru akan mulai operasional sekitar pukul empat atau lima sore.

Dengan modal Rp2,5 juta dari kantong pribadi, Silvi dan suami menjalankan bisnis dimsum frozen yang diberi brand Dimsum Si Ogud tersebut dengan tekun dan penuh semangat. Meski masih berstatus sebagai karyawan, Silvi tetap mampu membagi waktu dan tenaganya untuk kemajuan bisnisnya. Bazar demi bazar pun ia datangi, meskipun hasilnya nihil. Bagi Silvi, yang perlu dilakukannya ketika merintis usaha ialah memperkenalkan brand kepada pasar dan bukan hanya menomorsatukan profit.

Seiring berjalan, Dimsum Si Ogud pun mulai banyak dikenal dan diminati oleh berbagai kalangan. Repeat order pun diakuinya terus bertambah.

Namun di tengah perjalanan bisnis, ketika produknya mulai di-order oleh customer dari daerah yang jauh dari tempat produksi dan tempat tinggalnya, Silvi pun harus mengalami kejadian yang sempat membuatnya trauma, yaitu tertipu oleh customer yang berlatar belakang mantan aparat. Silvi mengaku kerugian yang dialaminya hingga Rp20 juta.

Bisnis yang baru mulai tumbuh tersebut pun akhirnya harus dilakukan Silvi dari awal lagi. Memang bukan pekerjaan yang mudah untuk bangkit dari kegagalan. Namun bagi Silvi, kegagalan bukan menjadi alasan untuk dirinya berhenti berbisnis. Silvi pun mulai menjalani bisnis dimsumya lagi dengan optimis.

Nama Dimsum Si Ogud pun kembali bersinar di pasaran dalam waktu setahun dengan kerja keras dan semangat dari pasangan suami istri yang telah dikarunia dua orang anak tersebut. Saat ini Silvi dan suami memiliki 40 orang reseller di berbagai wilayah. Produk Dimsum Si Ogud yang terdiri dari beberapa varian rasa seperti, nori, lumpia, udang, jamur, telur puyuh, beef, wortel, dan cumi tersebut mampu menghasilkan omzet Rp60 juta dalam sebulan.

Dirinya pun sudah memiliki aset senilai Rp25 juta sehingga bilangan yang sempat hilang karena tertipu pun sudah kembali ia dapatkan.

Silvi yang juga aktif di berbagai komunitas pebisnis seperti Juragan Kuliner, dinas-dinas UKM, dan sebagainya tersebut sedang mengupayakan agar produknya bisa cepat mendapatkan legalitas dari BPOM. Sejauh ini Silvi mengaku telah berkomitmen dalam memproduksi dimsum yang sehat dan tanpa bahan pengawet.

"Mudah-mudahan lancar bisnis saya dan bisa cepat dapat legalitas. Karena tidak mudah," ucap silvi kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Senin (27/2/2017).

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: