Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penyumbang Utama Inflasi Februari Masih dari Tarif Listrik dan BBM

Penyumbang Utama Inflasi Februari Masih dari Tarif Listrik dan BBM Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan kelompok administered prices (harga yangbdiatur pemerintah) dan kelompok inti menjadi penyumbang utama inflasi di bulan Februari 2017, sementara kelompok volatile food (harga pangan bergejolak) mengalami deflasi. Tercatat, inflasi IHK bulan Februari? 2017 sebesar 0,23% (mtm), lebih rendah dari bulan lalu yang sebesar 0,97% (mtm).

"Secara tahunan, inflasi IHK mencapai 3,83% (yoy), berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia, yaitu sebesar 4%?1% (yoy)," ujar Deputi Direktur Departemen Komunikasi BI Andiwiana di Jakarta, Rabu (1/3/2017).

Kendati demikian jelas dia, inflasi administered prices pada bulan Februari 2017 mencapai 0,58% (mtm), menurun dari bulan lalu yang sebesar 2,57% (mtm).

"Inflasi kelompok ini terutama didorong oleh kenaikan tarif listrik sejalan?dengan penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan pasca bayar daya 900 VA nonsubsidi yang terjadi di bulan Januari," imbuh Andiwiana.

Selain itu, inflasi administered prices juga didorong oleh penyesuaian harga bensin, rokok kretek filter, rokok kretek dan rokok putih. Secara tahunan, inflasi administered prices mencapai sebesar 4,74% (yoy).

"Inflasi inti bulan Februari 2017 tercatat sebesar 0,37% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,56% (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok ini adalah tarif pulsa ponsel, emas perhiasan, upah pembantu rumah tangga, kontrak rumah, dan sewa rumah. Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 3,41% (yoy)," jelas Andiwiana.

Sementara kelompok volatile food pada bulan Februari 2017 tercatat mengalami deflasi sebesar 0,36% (mtm) sejalan dengan pola historis Februari. Deflasi terutama bersumber dari komoditas cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan beras. Penurunan harga daging dan telur ayam ras terjadi seiring dengan melimpahnya panen jagung pakan ternak pada bulan ini.

Deflasi lebih lanjut tertahan oleh kenaikan harga cabai rawit dan bawang merah akibat peningkatan intensitas curah hujan dan terjadinya banjir di beberapa wilayah sentra produksi. Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai? sebesar 4,46% (yoy).

"Ke depan, inflasi akan tetap diarahkan berada pada sasaran inflasi 2017, yaitu 4?1%. Untuk itu, koordinasi kebijakan Pemerintah dan BI dalam pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama dalam menghadapi sejumlah risiko terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh Pemerintah, dan risiko kenaikan harga volatile food," tutupnya.?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: