Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

China Laporkan Defisit Perdagangan Pertama Sejak 2014

China Laporkan Defisit Perdagangan Pertama Sejak 2014 Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

China mengalami defisit perdagangan bulanan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir, setelah mengalami lonjakan impor dan perlambatan pertumbuhan sepanjang liburan tahun baru Imlek. Harga komoditas yang lebih tinggi dan permintaan domestik mendorong impor bulan Februari meningkat 3,81 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun, ekspor secara tak terduga mengalami penurunan sebesar 1,3 persen, jika dibandingkan tahun lalu, sehingga menyebabkan defisit perdagangan sebesar US$ 9,2 miliar secara bulanan. Sementara itu, terakhir kali impor melebihi ekspor terjadi pada bulan Februari 2014 lalu. Ketidakberimbangan tersebut membuat China mengalami defisit di bulan Februari 2016.

Sementara analis yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan China akan mengalami surplus perdagangan bulanan sebesar US$ 25,8 miliar. Data ekonomi China dari bulan Januari dan Februari terlihat terdistorsi oleh liburan panjang tahun baru China, yang membuat beberapa sektor bisnis mengalami perlambatan menjelang periode tersebut sehingga memberi tekanan.

Selain itu, banyak perusahaan juga mengurangi kapasitas opesinya atau tutup pada periode yang sama. Kendati demikian para analis sepakat bahwa penurunan ini sifatnya hanya sementara, ketika surplus tidak terelakkan lagi setelah dampak liburan panjang berakhir.

"Data perdagangan terbaru hanya menunjukkan distorsi musiman, baik ekspor maupun impor bakal kembali menguat di awal tahun 2017. Namun kami ragu bahwa kecepatan saat ini, pertumbuhan impor akan bertahan. Ini hanyalah soal waktu sebelum kita melihat penurunan permintaan domestik," kata ekonom Capital Economics Julian Evans-Pritchard, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Kamis (9/3/2017).

Dengan pertumbuhan ekonomi China yang mengalami laju paling lambat dalam 26 tahun terakhir pada tahun 2016, Beijing kemungkinan akan berbesar hati dengan angka impor terbaru, yang menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Pemerintah berusaha untuk menyeimbangkan perekonomian, dengan mengurangi ketergantungan pada investasi negara dan ekspor, dan tumbuh melalui konsumsi domestik.

Pada akhir pekan, melalui pidatonya di Kongres Rakyat Nasional (NPC) yang menjadi sesi tahunan di Beijing, Perdana Menteri Li Keqiang menyampaikan bahwa pemerintah China memangkas target pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi sekitar 6,5 persen.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Dewi Ispurwanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: