Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank Dunia Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,2%

Bank Dunia Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,2% Kredit Foto: Boyke P. Siregar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 5,2% lebih tinggi dari tahun 2016 sebesar 5%. Proyeksi terbaru Bank Dunia tersebut didasarkan pada pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat serta harga komoditas yang lebih tinggi.

Pada laporan tersebut, Bank Dunia mengatakan fondasi ekonomi Indonesia tetap kuat, dengan tingkat pengangguran dan defisit neraca berjalan yang masih rendah serta tingkat inflasi mencapai rekor terendah. Pertumbuhan pendapatan riil yang baik, kebijakan moneter yang akomodatif, serta harga komoditas yang lebih tinggi membantu meningkatkan konsumsi rumah tangga dan investasi, juga ekspor yang kembali naik pada kuartal IV 2016.

?Setelah mencapai pertumbuhan yang kuat pada tahun 2016, proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun 2017 akan positif. Dengan dorongan harga komoditas yang lebih tinggi, Indonesia bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memastikan pertumbuhan jangka panjang yang lebih kuat. Indonesia akan terus merasakan manfaat dari kelanjutan reformasi struktural,? kata Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia.

Bank Dunia, lanjutnya, juga memproyeksi inflasi akan naik untuk sementara pada tahun ini, menjadi 4,3% dari 3,5% pada tahun 2016, akibat naiknya tarif listrik dan pajak kendaraan. Neraca defisit berjalan diperkirakan berada di titik terendah dalam lima tahun terakhir, yaitu sebesar 1,8% dari PDB, tidak berubah dari tahun 2016, akibat harga komoditas yang lebih tinggi. Sementara itu, defisit anggaran pemerintah pusat diproyeksikan naik menjadi 2,6% dari PDB, sebagian karena tingginya belanja investasi.

Laporan ini juga berisi kajian mengenai perdagangan jasa. Disebutkan Indonesia perlu mengurangi hambatan pada sektor jasa untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing. Menurut data dari Organization for Economic Cooperation and Development, Indonesia termasuk negara dengan hambatan terbanyak untuk perdagangan jasa.

?Hambatan perdagangan jasa merugikan pertumbuhan produktivitas sektor-sektor ekononi lain, karena jasa menjadi input penting bagi produksi industri. Sudah saatnya mengkaji ulang hambatan kebijakan yang terkait perdagangan jasa untuk memastikan Indonesia memberi layanan jasa berkualitas yang bermanfaat bagi ekonomi secara keseluruhan,? kata Hans Anand Beck, Acting Lead Economist.

Laporan ini juga mencatat perubahan program Kredit Usaha Rakyat dalam hal pemberian pinjaman bersubsidi untuk usaha mikro, kecil dan menengah telah berdampak menaikkan biaya program sebesar 10 kali lipat.

Dengan sasaran yang lebih baik, laporan ini menunjukkan bahwa biaya bisa lebih rendah, dan sisa dananya bisa dialokasikan ke sektor prioritas lain yang belum mendapat cukup dana. Perlu adanya peninjauan kembali terhadap penggunaan pinjaman bersubsidi untuk usaha mikro, kecil, dan menengah.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Dewi Ispurwanti

Advertisement

Bagikan Artikel: