Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Atasi Rob Jakarta, Pemerintah Didesak Bangun Tanggul

Atasi Rob Jakarta, Pemerintah Didesak Bangun Tanggul Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah didesak untuk segera membangun tanggul tahap A di Teluk Jakarta guna mengatasi dua ancaman bencana besar di Provinsi DKI Jakarta yakni banjir rob dari genangan dan luapan 13 sungai.

Demikian kesimpulan yang disampaikan pakar perkotaan dan lingkungan Universitas Indonesia, Rudy Tambunan saat dihubungi di Jakarta, Kamis (23/3/2017).

Dikatakan Rudy, tata letak kota Jakarta dibatasi Sungai Cisadane di barat dan Sungai Citarum di timur. Adapun di bagian selatan merupakan hulu Sungai Ciliwung dan utara hulu 12 sungai lain.

Kemudian, Teluk Jakarta lebih banyak terbentuk karena endapan (sedimen) dari Cisadane dan Citarum dibandingkan aliran 13 sungai kecil.

Batas garis pantai semakin menjorok ke daratan akibat perubahan arus musiman yang mengikis pantai yang belum bertanggul.

Pada saat bersamaan, daratan Jakarta turun akibat pemampatan lapisan geologis yang lebih muda dan penggunaan air tanah secara berlebihan.

Akibatnya, air permukaan tidak bisa masuk ke laut. "Muka tanah yang rendah inilah yang berpotensi menjadi tempat genangan air (rob)," katanya.

Ia juga menyebut sebuah penelitian berjudul Indonesia: A Vulnerable Country in the Face of Climate Change yang dirilis Global Majority Journal Juni 2010 juga mengingatkan dampak perubahan iklim berupa peningkatan suhu, intensitas hujan, permukaan air laut, dan ancaman pangan.

Di Indonesia, perubahan iklim akan membuat intensitas curah hujan naik antara 2-3 persen per tahun yang membuat wilayah Indonesia terancam banjir parah, seperti banjir parah di Jakarta pada Februari 2007.

Saat itu, banjir melanda 80 wilayah dan melumpuhkan transportasi di Jakarta. Banjir juga merendam lebih dari 70 ribu rumah dan memaksa 420 ribu - 440 ribu orang mengungsi.

Sementara rata-rata permukaan air laut di Teluk Jakarta akan naik sebesar 0,57 sentimeter per tahun. Celakanya, kondisi ini juga dibarengi dengan penurunan permukaan daratan rata-rata 0,8 sentimeter per tahun.

Rob 2050 Sementara itu, Studi Institut Teknologi Indonesia di Bandung yang dikutip Bank Pembangunan Asia menyebutkan permukaan air laut akan naik antara 0,25 - 0,57 dan satu sentimeter per tahun.

Daerah Utara Jakarta yang akan terendam dan diperkirakan banjir rob pada 2050 akan berkisar 40,45, dan 90 kilometer persegi.

Cakupan wilayah yang terendam rob tersebut akan semakin luas jika penurunan permukaan daratan lebih dalam.

Menurut Rudy, pembangunan Tanggul Fase A merupakan rekomendasi studi Jakarta Coastal Defence Strategy pada 2012 untuk mengatasi banjir besar pada 2050 bersamaan pasang air laut sebagaimana terjadi pada 2002, 1996, dan 1976.

"Tanggul pantai perlu karena pembangunan tanggul antar polder di pantai belum terpadu, terutama di 10 muara sungai," katanya.

Pembangunan tanggul itu sendiri merupakan program yang digagas pemerintah dan biaya pembangunannya diatasi bersama pemerintah dan pengembang 17 pulau reklamasi.

Aktivis lingkungan Emmy Hafild, sebelumnya juga menyatakan Jakarta akan tenggelam jika pemerintah tidak mengambil langkah-langkah terpadu.

"Pembangunan tanggul raksasa yang dibarengi dengan pengaturan pemakaian air tanah di daratan akan menyelesaikan banjir rob dari laut," katanya.

Adapun reklamasi 17 pulau yang digagas pemerintah merupakan salah satu cara untuk membiayai pembangunan tanggul.

"Reklamasi juga salah satu bentuk adaptasi terhadap lingkungan Teluk Jakarta sehingga akan menciptakan ekosistem baru dari kondisi lingkungan yang sudah rusak saat ini, " kata Emmy. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: