Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Belanja Online, Simpel Namun Berisiko Tinggi

Belanja Online, Simpel Namun Berisiko Tinggi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Statistik penggunaan smartphone yang dikemukakan oleh Skycure menyatakan bahwa selama 2016 uang sebesar US$40,241 miliar telah dihabiskan dengan menggunakan perangkat smartphone. Sekitar US$656 miliar habis untuk kegiatan yang berkaitan dengan jual beli online pada musim libur. Sebanyak 90% pengguna smartphone mencari keterangan dengan telepon mereka selama belanja di toko fisik dan 50% tidak sengaja mengeklik iklan digital.

Besarnya jumlah uang yang berputar untuk belanja online memberikan gambaran kenapa?pengguna smartphone merupakan sasaran empuk bagi kejahatan digital. Data tersebut sekaligus menguatkan prediksi ESET sejak 2013 tentang pertumbuhan malware smartphone.

Selama 2015, ditemukan per bulannya rata-rata 200 malware varian baru dan kode berbahaya dibuat untuk Android. Pada 2016 jumlah ini meningkat menjadi 300 varian baru per bulan untuk Android dan dua untuk iOS. Jumlah itu terus meningkat pada 2017 menjadi rata-rata 400 malware baru per bulan.

Faktanya, seperti yang ditulis pada laporan ESET tentang cyber savviness di Asia tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat ke-6 atau menjadi negara yang paling tidak memiliki wawasan cukup tentang proteksi diri saat online.

Menanggapi hal ini, Technical Consultant PT Prosperita - ESET Indonesia Yudhi Kukuh mengatakan jalan keluar terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan terus-menerus melakukan edukasi bagi pengguna tentang pentingnya mengimplementasi perlindungan terhadap keamanan transaksi keuangan online dan perbankan yang tepat guna pada perangkat sehingga terhindar dari kejahatan digital.

"Seperti sebuah adagium yang mengatakan bahwa di mana ada uang dan pengguna maka penjahat digital juga akan ada di sana," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (26/3/2017).

Untuk memastikan keamanan berbelanja online, Yudhi menyarankan penggunaan aplikasi resmi yang dikeluarkan oleh setiap toko online. Ia memastikan aplikasi resmi hanya terdapat di Google Play Store atau Apple App Store.

"Aplikasi-aplikasi yang masuk toko aplikasi pihak ketiga seringkali tidak melalui pemeriksaan keamanan sehingga kemungkinan besar mengandung malware berbahaya atau ransomware ponsel," tegasnya.

Ia meminta pengguna untuk mempelajari permintaan akses pada aplikasi smartphone dan?jangan mudah memberikan hak admin terhadap aplikasi yang terinstal pada perangkat. Disampaikan, beberapa malware ponsel memiliki kebiasaan meminta hak admin dengan tujuan?untuk memperoleh akses ke fungsi yang paling penting sehingga mampu mengontrol ponsel dan melakukan berbagai kegiatan ilegal tanpa sepengetahuan pemilik.

"Berhati-hati dalam menyimpan informasi penting, seperti username/password dan nomor kartu kredit," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: