Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Tarif, Ini Harapan Ojek Pangkalan di Semarang

Soal Tarif, Ini Harapan Ojek Pangkalan di Semarang Kredit Foto: Reuters/Beawiharta
Warta Ekonomi, Semarang -

Para pengojek pangkalan di Semarang, seperti yang biasa mangkal di Stasiun Poncol Semarang, meminta tarif ojek online disamakan karena akan merugikan para pengojek konvensional.

"Harapan kami, ya, dihilangkan ojek online. Namun, kalau tetap dipertahankan, tarifnya disamakan dengan kami," kata Saidi (50), pengojek pangkalan di Stasiun Poncol, Semarang, Sabtu (25/3/2017).

Diakuinya, kehadiran ojek "online" belakangan ini yang kian marak membuat pengojek pangkalan kesulitan mencari penumpang karena kalah saingan dengan mereka yang mematok tarif yang kelewat murah.

Dalam sehari, kata dia, biasanya dahulu bisa mengantongi sekitar Rp150 ribu per hari. Akan tetapi, sejak maraknya ojek online membuat pendapatannya turun drastis menjadi sekitar Rp50 ribu s.d. Rp60 ribu/hari.

"Tiap hari, dahulu saya bisalah kalau dapat Rp150 ribu. Sekarang, paling-paling Rp50 ribu s.d. Rp60 ribu/hari," kata pria yang sudah 1,5 tahun menekuni pekerjaan ojek di pangkalan tersebut.

Ia menyebutkan anggota paguyuban ojek pangkalan Stasiun Poncol dan Stasiun Tawang ada sekitar 40 orang yang jelas tidak sebanding dengan ojek online di Semarang jumlahnya mencapai ribuan.

"Maunya kami, ya, dibatasi jumlah ojek online. Jangan nambah terus. Kasihan temen-temen di sini. Sudah ada yang 25 tahun jadi tukang ojek di pangkalan Stasiun Poncol dan Tawang," pungkas Saidi.

Pemerintah Kota Semarang berencana mengatur operasional ojek online, termasuk pembatasan jumlah karena angkutan sepeda motor roda dua selama ini belum diatur dalam regulasi yang ada.

Menanggapi itu, pengemudi ojek online di Semarang menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah untuk mengatur keberadaan mereka, asalkan mata pencaharian mereka mengojek "online" jangan dihilangkan.

"Kami sebenarnya tidak mangkal di sini karena ordernya dari aplikasi. Cuma, saat jam-jam bongkaran (kedatangan, red.) kereta api banyak temen yang berkumpul di sini," kata Mujianto, pengojek "online" yang biasa mangkal di Stasiun Poncol, Semarang.

Beberapa waktu lalu, diakuinya sempat ada ketegangan antara mereka dan pelaku transportasi konvensional, seperti taksi dan ojek pangkalan, tetapi sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

"Tidak ada masalah, kok, sudah dimediasi sama Pak Kapolrestabes Semarang untuk titik kumpul. Jadi, titik kumpul ojek online disepakati 100 meter dari Stasiun Poncol. Namun, untuk Stasiun Tawang tidak ada masalah," katanya.

Titik kumpul itu, kata pria yang sudah setahun mengojek online itu, untuk penjemputan calon penumpang karena tidak diperbolehkan di depan Stasiun Poncol. Namun, untuk penurunan penumpang dipersilakan di mana saja.

"Kami sepakat, tidak ada masalah. Kalaupun tarif mau dinaikkan dari Rp2.000,00 per kilometer, kami juga tidak keberatan. Katanya mau dikurangi jumlahnya juga. Namun, jangan banyak-banyak. Kasihan teman-teman," katanya. (Ant/CP)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: