Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Inilah Penyebab Penyakit Keuangan yang Mungkin Anda Derita

Oleh: Hasan Azzahid, Senior Advisor AZ Consulting

Inilah Penyebab Penyakit Keuangan yang Mungkin Anda Derita Kredit Foto: AZ Consulting
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penyakit keuangan adalah kondisi di mana penghasilan tidak mampu mencukupi kebutuhan Anda dan memiliki utang konsumtif yang menumpuk sehingga?membuat penghasilan lebih banyak digunakan untuk membayar utang dibanding untuk kebutuhan serta keperluan diri sendiri. Penyakit keuangan sangat sering menjangkiti masyarakat.

Umumnya, penyakit keuangan muncul dari diri sendiri. Namun, bisa juga penyakit keuangan muncul karena kondisi tertentu misalnya bencana alam atau penipuan yang berujung kebangkrutan.

Untuk mengatasi penyakit keuangan yang muncul dari diri sendiri, Anda harus mulai menyadari kesalahan. Jika tidak mau mengakui kesalahan maka Anda akan terus-menerus terjangkiti penyakit keuangan yang mungkin nantinya akan berkomplikasi pada kesehatan sosial dan fisik Anda sendiri. Berikut beberapa penyebab penyakit keuangan dari kebiasaan pribadi.

Peningkatan Gaya Hidup Melebihi Peningkatan Penghasilan

Gaya hidup meningkat mengikuti kenaikan penghasilan Anda. Sayangnya, banyak orang yang meningkatkan gaya hidupnya melebihi kenaikan penghasilan. Akibatnya, berapapun besar penghasilan, Anda tidak dapat menabung, bahkan sampai harus berutang.

Fenomena ini disebut dengan hedonic treadmill. Dengan gaji tiga juta perbulan, mungkin Anda mengambil kredit motor dan ngopi di warung kopi pinggir jalan. Lalu ketika naik menjadi lima juta perbulan, Anda mengambil kredit motor yang kedua.

Lalu naik lagi menjadi sepuluh juta perbulan, Anda mengambil kredit mobil dan ngopi di coffee shop. Nafsu manusia yang tidak ada habisnyalah yang menjadi awal dari penyakit keuangan.

Apakah salah menaikkan gaya hidup sejalan dengan kenaikan penghasilan? Sebenarnya tidak salah. Yang salah adalah Anda tidak tahu apakah gaya hidup sesuai dengan kenaikan penghasilan.

Jika Anda memang ingin menaikkan gaya hidup, cobalah membuat anggaran terlebih dahulu khusus untuk gaya hidup. Jangan paksakan menjalani gaya hidup yang ternyata lebih tinggi dari penghasilan karena ini adalah awal dari sifat yang terakhir akan dibahas.

Tuhan Menjamin Rezeki Manusia

Poin ini sebenarnya sedikit menyinggung masalah keyakinan. Tidak ada yang salah sebenarnya. Yang salah adalah mindset ini malah membuat banyak orang jauh dari Tuhan. Bagaimana bisa?

Yang pertama harus Anda sadari adalah Tuhan hanya menjamin rejeki, tetapi tidak menjamin kebutuhan pasti tercukupi. Poin ini biasanya menjadi tameng banyak orang untuk berperilaku konsumtif atau seenaknya dalam menghabiskan rejeki yang diberikan Tuhan.

Padahal Tuhan sendiri menguji umat-Nya dalam kesusahan dalam hal harta. Yang harusnya Anda lakukan adalah mencukupkan rejeki yang diberikan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan Anda, berapapun rejeki yang didapatkan. Bukannya berperilaku konsumtif lalu jika terjadi kekurangan harta atau terlilit utang karena perilaku tersebut maka hanya berharap Tuhan pasti membantu.

Ubahlah diri Anda dari berperilaku konsumtif menjadi pribadi yang mencukupkan rejeki yang diberikan Tuhan untuk seluruh kebutuhan. Jika memang ada kebutuhan yang tidak dapat tercukupi oleh rejeki yang didapat maka anda memang sedang diuji untuk mengorbankan kebutuhan yang kurang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih urgent.

Tidak Ingin Menyusahkan Anak

Banyak juga orang tua yang pada dasarnya kondisi keuangannya sehat lalu mendapat musibah sehingga kondisi keuangannya menjadi tidak sehat. Seharusnya anak tidak diberi pengertian tentang kondisi keuangan yang sebenarnya. Anak terus dimanja seakan-akan tidak ada masalah pada keuangan anda.

Ini juga banyak terjadi sehingga banyak yang terjebak oleh penyakit keuangan. Padahal memberikan pemahaman atas kondisi keuangan orang tua adalah salah satu bentuk pendidikan keuangan untuk anak Anda sendiri.

Bisa juga hal ini terjadi ketika anak akan masuk sekolah atau kuliah. Umumnya banyak orang tua yang tidak menyiapkan dana pendidikan anak terlebih dahulu. Padahal jika dana pendidikan disiapkan sejak anak masih kecil, Anda tidak perlu terjebak penyakit keuangan.

Mindset yang melatarbelakangi dimulainya kondisi ini adalah anak punya rejekinya masing-masing. Padahal faktanya berkata sebaliknya. Pada tahun 2014, anak Indonesia yang menikmati bangku kuliah hanya tiga dari 10 anak.

Buatlah dana pendidikan sejak anak Anda dilahirkan agar tidak terjebak oleh penyakit keuangan karena berutang sana sini demi pendidikan anak. Tidak salah memang, namun sebenarnya hal tersebut dapat dihindari apabila Anda mempersiapkan pendidikan anak sejak dini.

Mudah Berutang Konsumtif

Pengeluaran pasti harus selalu diikuti dengan pemasukan yang sepadan. Apabila pemasukan lebih kecil dari pengeluaran, sedangkan jika Anda tidak mau mengurangi pengeluaran maka jalan keluarnya adalah berutang.

Penyakit keuangan yang berasal dari diri sendiri biasanya muncul dari utang konsumtif. Tiga poin sebelumnya adalah awal di mana orang-orang mulai mudah berutang konsumtif. Utang konsumtif inilah yang nantinya menjadi penyakit keuangan yang menggerogoti tidak hanya kondisi keuangan keluarga, namun juga hubungan keluarga dan kinerja anda dalam bekerja.

Lalu apa yang bisa Anda lakukan? Ubahlah mindset dan perilaku jika Anda merasa tiga poin sebelumnya ada pada diri Anda. Ubah secepatnya sebelum penyakit keuangan Anda benar-benar parah. Memang penyakit keuangan tidak selalu muncul dari utang konsumtif, namun setidaknya Anda bisa mencegah penyakit keuangan yang asalnya dari diri sendiri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: