Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dominasi Isu Domestik Dorong IHSG Tembus Rekor (I)

Dominasi Isu Domestik Dorong IHSG Tembus Rekor (I) Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berbagai isu positif terkait fundamental ekonomi membuat pelaku pasar optimistis untuk bertahan di pasar sehingga indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) meningkat ke level tertinggi sepanjang sejarah di industri pasar modal.

Pada Maret 2017, IHSG berhasil mencetak rekor tertinggi ke level 5.567,13 poin pada 24 Maret 2016. Berdasarkan data BEI, rekor penutupan IHSG sebelumnya terjadi pada hari sebelumnya yakni 23 Maret 2017 di level 5.563,76 poin. Level tertinggi IHSG itu sekaligus mematahkan rekor sebelumnya yang bertahan selama hampir 2 tahun di level 5.523,29 poin, pada 7 April 2015.

Pejabat BEI menilai rekor IHSG yang tercipta itu merepresentasikan bahwa ekonomi Indonesia sedang dalam tren pertumbuhan secara berkelanjutan seiring dengan dikeluarkannya sejumlah paket kebijakan pemerintah.

Sejak awal Maret 2017, aktivitas transaksi di pasar saham domestik juga terpantau mengalami peningkatan. Selama kurun waktu itu, frekuensi transaksi meningkat hingga di atas kisaran 300.000 kali transaksi. Berbeda dengan kondisi sebelumnya yang masih di bawah angka tersebut. Sedangkan nilai transaksi mencapai sekitar Rp7 triliun per hari.

Dalam periode itu juga, investor asing secara konsisten terlihat melakukan aksi beli dan membukukan beli bersih atau "foreign net buy" yang cukup tinggi. Sepanjang 2017 ini, investor membukukan beli bersih Rp7,530 triliun per 27 Maret 2017.

Belanja investor asing itu tentu tidak lepas dari isu domestik yang positif. Apalagi saat ini, Indonesia berpotensi meraih kenaikan peringkat utang dari lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P).

Jika benar S&P merealisasikan kenaikan peringkat Indonesia, maka tak pelak isu fundamental akan kembali membuat pelaku pasar saham baik asing maupun domestik akan menambah jumlah asetnya untuk ditempatkan. Yang telah keluar dari pasar saham pun akan kembali masuk.

"Pergerakan IHSG itu selalu naik mendahului perekonomian, namun jika ekonomi turun IHSG juga turun mendahului," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio.

Ia menambahkan bahwa fluktuasi IHSG yang positif itu juga tidak terlepas dari kinerja laporan keuangan perusahaan tercatat atau emiten tahun buku 2016 yang mayoritas diproyeksikan membukukan hasil positif.

"Rata-rata kinerja emiten bagus seiring dengan kinerja ekonomi 2016 yang tumbuh," katanya.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat menambahkan bahwa di tengah fundamental ekonomi nasional yang positif juga turut memicu arus masuk dana asing ke pasar modal meningkat.

"Pertumbuhan pasar modal Indonesia menarik minat investor masuk," katanya.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida mengatakan, IHSG yang mencatatkan rekor menunjukkan kondisi ekonomi dan industri pasar modal domestik kondusif.

"Pasar yang kondusif membuat demand dari investor meningkat. Sehingga harga-harga menjadi bagus, dan indeks BEI mencapai rekor baru. Jadi, pencapaian rekor indeks BEI, karena banyak transaksi termasuk dari investor asing," kata Nurhaida.

Standard & Poors Tito Sulistio menilai bahwa jika S&P merealisasikan kenaikan peringkat Indonesia, maka akan menjadi sinyal positif bagi industri pasar modal, investor akan berlomba masuk ke pasar saham sehingga dapat lebih memicu kenaikan IHSG lebih tinggi.

Saat ini, menurut dia, banyak pihak mengharapkan S&P segera menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi, karena pemerintah telah melakukan berbagai perbaikan terhadap struktur APBN agar menjadi lebih sehat.

"Dari segi tata kelola manajemen fiskal, kemudahan berinvestasi, serta peraturan-peraturan yang ada sebenarnya kita sudah masuk dalam level itu," katanya.

"Kalau peringkat kita naik maka makin banyak investor yang nyaman berinvestasi di Indonesia," kata Tito Sulistio menambahkan. Bersambung (Ant/Zubi Mahrofi)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: