Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kasus 'Brexit', Apa Peluangnya Bagi Indonesia?

Kasus 'Brexit', Apa Peluangnya Bagi Indonesia? Kredit Foto: Antara/Reuters/Christopher Furlong
Warta Ekonomi, London -

Kepala Perwakilan Bank Indonesia di London Endy Dwi Tjahjono mengatakan, kasus "Brexit" menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Inggris, khususnya di bidang perdagangan yang selama ini tergantung Uni Eropa.

Kesempatan bagi Indonesia meraih peluang yang lebih besar dengan adanya masalah Brexit (keluar dari uni Eropa-red) di Inggris, ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia di UK kepada Antara London usai acara Academic Talks, diskusi mengenai potensi hubungan perdagangan Indonesia - UK pasca-Brexit, yang diadakan pelajar Indonesia tergabung dalam PPI Birmingham, di kampus University Birmingham, akhir pekan.

Ketua Panitia, Yanuar Muhammad Najih, kepada Antara London, Senin mengatakan, diskusi digelar dalam rangkaian acara Nusasvara diadakan Perhimpunan Pelajar (PPI) Birmingham untuk pertama kalinya bersama Masyarakat Indonesia di Birmingham (MIB).

Dalam paparannya, Endy Dwi Tjahjono menyampaikan tantangan dan prospek ekonomi global yang dapat memengaruhi ekonomi lokal. Perkembangan global yang tinggi diikuti harga komoditas, misalnya, ekspor, ujarnya.

Dengan harga komoditas yang lebih tinggi, ada risiko dari komoditas tersebut yang memberikan tekanan bagi perekonomian, ujarnya. Selain adanya kebijakan Trump yang memengaruhi ekonomi global. Trump akan meningkatkan pajak, berarti defisit yang lebih tinggi yang menjadi masalah.

Dalam acara Academic Talks itu juga tampil sebagai pembicara Atase Pendidikan KBRI London Prof. H. Aminudin Aziz, membahas Indonesia-UK Kolaborasi di Bidang Pendidikan Peluang dan Tantangan Brexit Posting.

Dalam paparannya, Prof Aminudin Aziz menyampaikan data statistik dimana jumlah mahasiswa Indonesia di Inggris meningkat 10 kali lipat dibandingkan dengan negara ASEAN. Indonesia menempatkan nomor tiga setelah Malaysia dan Singapura. Subjek yang paling favorit adalah Studi Bisnis dan ada enam mata pelajaran yang berhubungan dengan uang. Ini juga terjadi di tingkat pascasarjana.

Berdasarkan LPDP dan Dikti Data beasiswa, tercatat jumlah mahasiswa yang menuntut ilmu di Inggris mencapai 2469 mahasiswa yang mata pelajaran paling populer pascasarjana adalah teknologi dan ilmu pengetahuan dengan University of Manchester, University College London, dan University of Birmingham menjadi universitas paling populer di periode 2013-2015.

Sementara itu Dr Nunung Nurul Hidayah - dosen di Aston Business School membahas masalah Brexit yang dilihat dari Potensi Keuangan Islam bagi Indonesia.

Rangkaian acara Nusasvara juga digelar penampilan berbagai kesenian dan musik anglung dan bazar makanan yang menjajahkan bakso, somai, nasi padang, bakwan dan juga sate Windsor yang diserbu pengjung dari berbagai bangsa. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: