Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ledakan di St Petersburg Disebut Serangan Teroris

Ledakan di St Petersburg Disebut Serangan Teroris Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev mengatakan ledakan di antara dua stasiun kereta bawah tanah St Petersburg pada Senin (3/4/2017) merupakan "serangan teroris" yang menyebabkan 11 orang meninggal dunia.

"Mereka yang mengalami luka dalam serangan teroris di kereta bawah tanah St Petersburg akan diberikan segala bantuan yang diperlukan. Semua perintah yang berkaitan dengan hal tersebut sudah dikeluarkan kepada Kementerian Kesehatan dan Kementerian Darurat," tulis Medevdev dalam pernyataan di Facebook, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Selasa (4/4/2017).

Sementara itu, Presiden Vladimir Putin mengatakan penyebab pasti ledakan akan terungkap melalui penyelidikan. "Penyelidikan akan mengungkap semuanya, termasuk apakah karena kecelakaan atau tindak kriminal di samping aksi terorisme, dan tentu semua keterangan selalu diteliti. Kita akan mengetahuinya. Penyelidikan akan memberikan semua jawaban atas apa yang terjadi," kata Putin sebelum mengunjungi lokasi ledakan pada Senin malam waktu setempat.

Menurut kepala Komite Antiteroris Nasional Andrei Przhezdomsky, ledakan menghantam satu kereta di antara dua stasiun, Sennaya Ploshchad dan Tekhnologichesky Institut. Ia mengatakan ledakan disebabkan oleh "alat peledak yang tak diidentifikasi" tetapi penyebab pastinya belum diketahui.

Ditambahkannya bahwa alat peledak ditemukan di stasiun terpisah dan kemudian diamankan. Pihak berwenang di Kota St Petersburg mengatakan 11 orang meninggal dunia dan setidaknya 45 orang luka-luka dalam ledakan di dua stasiun kereta bawah tanah. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding angka yang dikeluarkan sebelumnya.

Penemuan bahan peledak di stasiun lain, Ploshchad Vosstaniya, menunjukkan bahwa serangan itu disengaja, dan dilaporkan bahwa ledakan itu berasal dari sebuah tas yang tertinggal di kereta. Pihak berwenang Rusia memutuskan berhati-hati sebelum menyalahkan dalang di balik ledakan tersebut. Kutipan sebelumnya oleh Jaksa Agung bahwa itu adalah sebuah tindakan terorisme dengan cepat ditarik kembali.

Badan Keamanan Federal Rusia (FSB), penerus utama dari badan di era Soviet, KGB, memiliki penyidik terampil, termasuk para ahli peledak forensik. Mereka telah memeriksa rekaman kamera keamanan dan residu bahan peledak yang dijadikan sebagai petunjuk, serta perangkat kedua yang ditemukan masih utuh dan telah dijinakkan.

Kecurigaan mereka cenderung fokus pada dua tersangka, namun belum dikonfirmasi. Pertama, kelompok IS, yang marah oleh serangan udara Rusia baru-baru ini di Suriah. Dan kedua, nasionalis Chechnya, atau bahkan kombinasi keduanya.

Militan Chechnya dan jihad internasional memiliki track record merencanakan serangan terhadap pusat transportasi Rusia, terutama di Moskow. Diperkirakan 7.000 warga Rusia telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok-kelompok ekstremis, dan beberapa telah kembali.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Dewi Ispurwanti

Advertisement

Bagikan Artikel: