Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jepang Minta Korut Tahan Tindakan yang Provokatif

Jepang Minta Korut Tahan Tindakan yang Provokatif Kredit Foto: Antara
Warta Ekonomi, Tokyo -

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Senin mendesak Korea Utara untuk menahan diri agar tidak melakukan tindakan lebih lanjut yang provokatif, serta mematuhi resolusi PBB dan meninggalkan pengembangan rudal nuklirnya.

Ketegangan di semenanjung Korea telah meningkat saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengambil langkah keras terhadap pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang telah menolak peringatan dari China dan tetap melanjutkan tes rudal.

Korea Utara meluncurkan rudal balistik pada Minggu namun kemudian meledak tidak lama setelah diluncurkan, kata Komando Pasifik AS.

Abe mengatakan kepada parlemen bahwa ia akan bertukar pandangan mengenai Korea Utara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin ketika mereka mengadakan pertemuan puncak pada akhir bulan ini.

Abe juga mengatakan pemerintahnya sedang mempertimbangkan langkah-langkah untuk menanggapi ancaman yang berasal dari potensi krisis di semenanjung Korea, termasuk banjir pengungsi dan bagaimana langkah mengevakuasi warga Jepang dari Korea Selatan.

"Kami menelaah serangkaian respon dalam kasus pengungsi ke Jepang, seperti melindungi mereka, proses pendaratan, fasilitas perumahan dan manajemen mereka, dan penyaringan apakah bangsa kami harus melindungi mereka," kata Abe.

Dewan Keamanan Nasional Jepang membahas bagaimana mengevakuasi hampir 60.000 warga negaranya dari Korea Selatan dalam situasi krisis, kata seorang pejabat pemerintah pada Jumat di tengah meningkatnya kekhawatiran atas program senjata nuklir Korea Utara.

Wakil Presiden AS Mike Pence mengunjungi perbatasan demiliterisasi antara Korea Utara dan Korea Selatan pada hari Senin dan menegaskan bahwa masa kesabaran AS dengan Pyongyang sudah usai.

Secara teknis Korea Utara masih berperang dengan Amerika Serikat dan sekutunya Korea Selatan setelah konflik pada tahun 1950-1953 dan berakhir dalam gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Kedua pihak kerap mengancam untuk saling menghancurkan. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: