Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Atasi Impor Beras, Sentra Produksi Harus Dioptimalkan

Atasi Impor Beras, Sentra Produksi Harus Dioptimalkan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Kupang -

Pengamat Pertanian Agribisnis Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Ir Leta Rafael Levis, M.Rur.Mnt, mengatakan semua pemangku kepentingan di Nusa Tenggara Timur harus mengoptimalkan beberapa sentra produksi padi untuk mengurangi impor beras.

Optimalisasi ini penting dilakukan paling kurang untuk menurunkan beras yang disuplai Bulog NTT setahun sebanyak 120 ton dan dan menaikan produksi beras dari petani yang selama ini hanya bisa memenuhi lima persen kebutuhan beras untuk seluruh NTT," katanya di Kupang, Rabu (19/4/2017).

Akibatnya kata dia tidak jarang pemerintah daerah setempat harus menerima kenyataan bahwa sekitar 95 persen kebutuhan akan beras bagi penduduk NTT harus didatangkan dari NUsa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan dan Jawa Timur.

Dosen Fakultas Pertanian Undana Kupang itu mengatakan hal tersebut terkait upaya mengurangi beras antarpulau dari ketiga daerah tersebut (NTB, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur).

Ia menyebut di NTT ada sejumlah daerah yang telah dijadikan sentra produksi padi dan beras seperti diantaranya Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Kabupaten Ngada), Kabupaten Kupang, Belu, Rote Ndao dan Sumba Barat.

"Tidak semua beras di semua kabupaten dibeli Bulog. Bulog hanya beli di beberapa sentra produksi beras yang berdasarkan laporan dan analisis pasar memungkinkan untuk dibeli," katanya.

Dan karena itu katanya setiap tahun Bulog Divisi Regional (Divre) NTT melalui program Bulog Mart telah membeli beras dari para petani sebanyak 2.700 ton dari target pembelian 15.000 ton pada tahun ini.

Ia menyebut rata-rata pembelian beras tersebut antara lain Manggarai Barat sekitar 1000 ton, Manggarai mencapai 600 ton, Ngada 45 ton, Sumba Barat 210 ton, Belu 20 ton dan Kupang serta Rote Ndao 765 ton.

Sementara katanya kebutuhan akan pangan beras yang harus didatangkan ke Nusa Tenggara Timur dalam setahun diperkirakan mencapai 115-130 ribu ton untuk memenuhi tingkat konsumsi masyarakat setempat.

Total impor itu sebagian beras merupakan cadangan untuk memenuhi stok yang dimiliki daerah ini dari tingkat produksi yang diperkirakan setahun mencapai Rp970.000 ribu ton kotor atau sekitar 600.000 ton bersih setelah terjadinya penyusutan saat dan pascapanen sekitar 0,6 persen.

Dosen Fakultas Pertanian Undana Kupang itu mengatakan hal tersebut masih didatangkannya (impor) beras dari luar seperti Jawa Timur, NTB dan Sulawesi Selatan dan jumlah tonase untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Nusas Tenggara Timur dalam setahun.

Dengan produksi beras 600.000 ton per tahun, menurut dia, bisa menutupi kebutuhan konsumsi beras masyarakat NTT yang mencapai sekitar 800-900.000 ton per tahun.

"Kalau konsumsi beras masyarakat bisa ditekan di bawah 500.000 ton per tahun saja dengan terus maka impor dari luar sebenarnya tidak perlu lagi, kecuali situasi dalam kelaparan sehingga perlu ada penanggulangan terhadap bencana itu," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: