Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Awalnya Iseng, Bisnis Peyek Ini Tembus Pendapatan Puluhan Juta Perbulan

Awalnya Iseng, Bisnis Peyek Ini Tembus Pendapatan Puluhan Juta Perbulan Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Peyek, makanan cemilan yang satu ini memang digemari oleh semua lapisan masyarakat. Adalah Dian yang memulai bisnis peyek sejak tahun 2009. Awalnya, ia hanya mencoba-coba menjalankan bisnis ini dengan menitipkan barang dagangannya ke beberapa warung di sekitar rumahnya. Ternyata, bisnis tersebut mendapatkan respons positif dari konsumen dan hingga kini?omzetnya mencapai Rp30 juta perbulan.

"Ah malu kang, belum banyak kok. Masih kecil, baru 10 ribu produksi, kira-kira Rp30 juta saja sebulan, belum gede kok," kata Dian saat berbincang dengan Warta Ekonomi di Bandung, Sabtu (22/4/2017).

Dian memulai bisnis ini ketika ia memutuskan untuk berhenti bekerja setelah mengabdi selama delapan tahun di Great River Industries, salah satu produsen pakaian. Selain itu, sang suami terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan perkebunan yang menyebabkan ia lebih bersemangat menjalankan bisnis peyek di bawah label Sarinusa.

"Saya kerja delapan tahun dan memutuskan untuk berhenti karena tempat kerja suami jauh dari rumah. Tadinya hanya iseng karena berhenti bekerja biar ada kegiatan, tapi setelah suami kena PHK juga akhirnya saya lebih bersemangat menjalankan usaha ini," terangnya.

Sarinusa awalnya memproduksi satu jenis peyek, namun semakin banyaknya permintaan maka dibuatlah 16 varian peyek, di antaranya peyek rebon, peyek rawit, bayam, kenikir, beluntas, surawung, binahong, jamur tiram, jamur kuping, pare , polos. Bahkan memproduksi Seroja, di antaranya seroja kacang tanah, seroja kacang hijau, oncom, manis wijen, manis keju, dan ketan hitam.

"Saya bikin aneka peyek dan seroja. Dari yang tadinya hanya satu jenis yaitu peyek kacang, sekarang sudah punya 16 varian rasa," ungkapnya.

Dian memulai bisnis dengan?bermodal Rp500 ribu dari kantong pribadi. Lalu ia meminjam tambahan modal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Rp5 Juta. Dia mengaku hingga kini dibantu permodalan oleh bank tersebut hingga Rp120 juta.

"Modal awalnya Rp500 ribu karena banyak pesanan saya pinjam ke bank. Sampai saat ini sudah sampai?Rp120 juta pinjamannya. Jadi, banyak utang nih," katanya.

Selama menjalankan bisnis ini, Dian mengaku memiliki beberapa kendala, yaitu terkait tempat usaha yang ia miliki di Desa Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, yang masih sempit sehingga menyulitkan proses produksi. Selain itu, iamengaku kekurangan sumber daya manusia (SDM) untuk memproduksi barang. Adapun, hingga kini proses produksu hanya dikerjakan oleh empat orang saja.

Selain itu, dalam menjalankan usaha Dian pernah tertipu?oleh konsumen hingga belasan juta rupiah. Dia pun memutuskan untuk melakukan pembayaran tunai bagi konsumen yang mengambil produknya kecuali produk Sarinusa dititipkan langsung ke toko.

"Ya kalo ketipu sih sering, sampai?Rp15 juta saya pernah. Kalau yang kecil-kecil mah ketipunya sudah enggak terhitung," imbuhnya.

Meski sering tertipu, Dian konsisten menjalankan Sarinusa sebab minat konsumen masih tinggi terhadap peyek yang ia hasilkan. Selain itu, iaingin menyekolahkan kedua anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.

Nusasari menjalankan sistem konvensional dan online dalam strategi pemasarannya. Ia?memasukkan produknya di beberapa rest area, tempat oleh-oleh makanan, tempat wisata dengan memanfaatkan reseller. Sedangkan untuk pemasaran melalui online, hampir sama dengan usaha kecil menengah (UKM) lain, yakni memanfaatkan?media sosial seperti Instagram, Facebook, ataupun marketplace Bukalapak.

"Kalau pemasaran online yang sering aktif juga reseller. Ada Bukalapak, Instagram, FB. Enggak terlalu fokus juga, sekali-kali aja di Instagram sama FB," terangnya.

Menurutnya, bantuan pemerintah sangat besar terhadap pengembangan bisnis Sarinusa terutama dari segi promosi produk etnik. Pemerinta Kabupaten Bandung membantu usahanya dalam mempromosikan produk Sarinusa melalui berbagai event pameran baik tingkat nasional maupun internasional. Ia menjelaskan produk Sarinusa pernah mengikuti pameran di berbagai kota seperti Batam, Bali, Kalimantan, Jambi, dan Padang.

"Untuk pameran di luar negeri saya dibantu Pemda Kab Bandung Barat. Kemarin yang sudah saja dibawa ke Vietnam, Malaysia, Korea, sama Hongkong. Insya Allah bulan depan saya juga diajak ikut pameran di Lombok," imbuhnya.

Pemerintah, dikatakan Dian, mempermudah proses perizinan usaha. ?"Alhamdulillah dari awal saya banyak dibantu dari perizinan pirt, halal MUI, siup TDP, bahkan bantuan peralatan serta promosi melalui pameran saya banyak dibantu pemda," tambahnya.

Lebih jauh, Dian menambahkan, untuk pengembangan SDM pihaknya selalu mendapatkan pelatihan kesehatan, keselamatan, kerja (K3) dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) setempat. Sedangkan untuk asuransi dia mengaku masih dalam proses pengurusan. Sebelum mengakhiri perbincangan, Dian membagikan kiat-kiat menjalankan bisnis kuliner.

"Sederhana saja sih Kang, saya cuma terus cari produk apa yang lagi ramai di pasaran dan terus berinovasi jangan putus asa dan terus semangat," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel:

Berita Terkait