Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Modal Dengkul, Bisnis Hijab Ini Raih Omzet Ratusan Juta Perbulan

Modal Dengkul, Bisnis Hijab Ini Raih Omzet Ratusan Juta Perbulan Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Busana muslimah terus menjadi tren di tengah-tengah masyarakat. Terlebih, Indonesia didominasi oleh umat muslim dan merupakan negara muslim terbesar di dunia.

Melihat potensi pasar busana muslim, Imam Sarjono memulai usaha di bidang fashion hijab syar'i?pada tahun 2010 silam. Berkat kerja keras, kesabaran, dan keikhlasan dia berhasil mendulang rupiah dari bisnis Azzahra Hijab yang fokus memasarkan gamis dan kerudung syar'i.

Awalnya, Imam mengaku hanya bermodal dengkul untuk membangun bisnis ini. Dari hasil tabungannya, dia mencoba peruntungan di usaha yang dinamai dari anaknya sendiri.

"Saya ingin?ada peningkatan hidup sehingga berani memulai bisnis ini. Modalnya dulu cuma Rp750 ribu dari hasil tabungan seperak dua peraklah kang. Alhamdulillah sekarang omzet sudah lebih dari Rp100 juta perbulan, masih kecil bila dibandingkan yang lain," kata Imam ketika berbincang dengan Warta Ekonomi di Bandung, Minggu (23/4/2017).

Pria kelahiran 21 April 1978 ini menjelaskan sistem perencanaan bisnisnya adalah dengan cara menerapkan kemitraan. Salah satunya menggunakan reseller yang hingga kini bukan hanya ada di Indonesia bahkan sampai menembus ke mancanegara.

"Alhamdulillah kalau reseller di seluruh Indonesia sudah ada. Brunei Darussalam, Malaysia, sampai Saudi Arabia juga ada," ujarnya.

Meski sudah dikenal hingga mancanegara, namum Imam memastikan dalam pemilihan bahan baku masih mengandalkan produk dalam negeri. Dia menilai produk dalam negeri secara kualitas tidak kalah bila dibandingkan dengan produk luar negeri. Imam pun bermimpi suatu saat nanti akan membangun market?berskala internasional untuk menguasai pangsa pasar fashion hijab.

Ia mengakui setiap jenis usaha yang berkembang tentu akan membutuhkan modal tambahan. Rerata para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), imbuhnya, meminjam permodalan ke perbankan. Tapi, berbeda dengan owner Azzahra Hijab yang lebih memilih kerja sama dengan toko kain langganannya dengan mengandalkan kepercayaan. Hambatan usaha, menurutnya, bisa diatasi secara kekeluargaan.

"Ya kita ambil kain dulu sebulan baru bayar. Alhamdulillah selama kita mau bersilaturahmi pasti ada jalan keluarnya. Barang itu bisa diproduksi dan dijual kan, lalu hasilnya kita bayar ke toko kain. Maklum kang, modal dengkul saya mah," ungkapnya.

Bukan perkara mudah Imam menjalankan roda bisnisnya, banyak rintangan dan kendala selama ia menjalankan bisnis yang berlokasi di Komplek Taman Bunga Cilame ini. Ia pernah mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Pria yang hanya mengenyam pendidikan sekolah menengah atas (SMA) ini mengatakan semua kegagalan merupakan bahan evaluasi. Imam mengungkapkan?bahwa hidup ini adalah perjuangan. Proses kehidupan adalah perjalanan untuk mendapatkan kesuksesan dalam segala hal.

"Kalau masalah ketipu sudah kenyang, bahkan sampai ratusan juta. Cuma semua itu harus ikhlas. Saya berprinsip harus maju ke depan. Hidup ini untuk masa depan, bukan untuk masa lalu dan Allah akan menggantinya lebih banyak," ucapnya.

Azzahra pun memiliki strategi pemasaran tersendiri dalam menggaet konsumen, salah satunya pembeli produk fashion ini bisa melihat langsung proses produksi. Selain itu, ia berusaha mengikuti tren pasar dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Instagram serta website.

"Kami melayani langsung di tempat Kami. Jadi, pembeli bisa melihat langsung proses produksinya. Kalau sistem penjualan online pakai media sosial dan website www.azzahrahijab.com," paparnya.

Hingga kini, Azzahra Hijab baru memiliki 10 karyawan dan belum menggunakan layanan?asuransi. Meski begitu, Imam mengaku selalu mengikuti pelatihan yang diberikan pemerintah daerah, baik pemkot maupun pemprov. Bentuk pelatihan berupa kemasan dan pemberdayaan limbah yang dijadikan aksesoris kerudung seperti bros, bando, gelang, kalung, dan anting.

"Sekitar 10% dari limbah produksi, kami jadikan aksesoris," imbuhnya.

Menurutnya, bantuan pemerintah juga dirasakan dalam hal pemasaran dengan mengikutsertakan usaha yang sudah tembus mancanegara ini ke berbagai event pameran di berbagai kota. Imam berharap agar pemerintah lebih memperhatikan lagi keberadaan pelaku UMKM.

"Berharap lebih diperhatikan terhadap UMKM. Kita mulai belanja di warung tetangga," katanya.

Sebelum mengakhiri perbincangan, Imam memberikan kiat-kiat dalam berwirausaha. Menurutnya, kesuksesan bisa dibangun dengan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani segala bidang.

"Kalau ingin?sukses harus sabar dan ikhlas. Enggak mudah sih, tapi jika itu sudah bisa menjalankan, Insya Allah sukses," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel:

Berita Terkait