Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mendapat Banyak Tekanan, Venezuela Mundur dari OAS

Mendapat Banyak Tekanan, Venezuela Mundur dari OAS Kredit Foto: Antara/Reuters/Carlos Garcia Rawlins
Warta Ekonomi, Jakarta -

Venezuela pada Rabu malam (26/4), menyatakan menarik diri dari Organisasi Negara-negara Amerika (OAS). Langkah tersebut ditempuh akibat tekanan dari negara-negara OAS terkait penanganan pemerintah atas krisis politik yang memakan korban jiwa.

Pengumuman itu sontak memicu ketegangan internasional atas Venezuela. Apalagi, di sepanjang bulan ini, sudah 29 orang dinyatakan tewas akibat aksi unjuk rasa menentang pemerintahan sosialis pimpinan Nicolas Maduro.

OAS yang diinisiasi oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, mengutarakan keprihatinannya mengenai kekacauan politik sekaligus ekonomi yang terjadi di negara pengekspor minyak tersebut. Bahkan 19 dari 34 negara anggota OAS setuju menggelar pertemuan khusus para menteri luar negeri untuk membahas krisis Venezuela.

Akibat tekanan yang ada, Menteri Luar Negeri Venezuela Delcy Rodriguez pada Rabu malam, mengatakan pemerintah akan meluncurkan proses dua tahun penarikan diri dari OAS yang berbasis di Washington.

"Kami akan mengirimkan surat keluhan kepada OAS dan kami akan memulai proses yang akan memakan waktu 24 bulan," kata Rodriguez, seperti dikutip dari laman AFP di Jakarta, Jumat (28/4/2017).

Rodriguez menyebut OAS sebegai koalisi yang suka ikut campur, yang dikepalai oleh Washington. Sementara itu, Maduro juga berkomentar melalui twitternya.

"Saya menyerukan persatuan antara masyarakat sipil dan militer dalam pertarungan ini untuk kemerdekaan dan perdamaian bagi negara kita," tulis Maduro. Di sisi lain, Sekretaris Jenderal OAS Luis Almagro menyebut Maduro sebagai seorang diktator.

Krisis di Venezuela tidak hanya terjadi di sektor ekonomi semata, melainkan juga politik. Perkembangan terakhir, terjadi kerusuhan di Venezuela yang menyebabkan puluhan orang tewas.

Pada Rabu (26/4), polisi Venezuela menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan aksi unjuk rasa di Caracas. Unjuk rasa tersebut dilakukan sebagai aksi protes terhadap pemerintah.

Aksi unjuk rasa ini sudah dimulai sejak awal April lalu. Rakyat Venezuela menentang kebijakan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro yang saat ini telah menyebabkan kondisi perekonomian negara tersebut jatuh ke jurang krisis.

Warga yang berunjuk rasa menginginkan agar dihelat pemilu dini untuk mengakhiri kekuasaan pemerintahan sosialis Maduro. Situasi yang sudah memanas semakin diperparah dengan digelarnya aksi unjuk rasa tandingan oleh pendukung Maduro di sejumlah kota.

Informasi terkini, dalam kericuhan yang terjadi dalam sebulan terakhir, jumlah korban tewas sudah mencapai 29 orang dan lebih dari 400 orang mengalami luka-luka. Sedangkan hampir 1.500 orang sudah ditangkap dan 800 di antaranya masih ditahan. Jumlah itu sudah termasuk 14 jurnalis yang ditahan saat menulis berita mengenai aksi unjuk rasa.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: