Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

May Day, Buruh Sulsel Suarakan Pencabutan PP 78/2015

May Day, Buruh Sulsel Suarakan Pencabutan PP 78/2015 Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Ribuan buruh Sulawesi Selatan?bakal turun ke jalan untuk menyuarakan perbaikan nasib pada peringatan hari buruh se-dunia alias May Day 2017 pada Senin, 1 Mei. Salah satu tuntutan utama mereka adalah pencabutan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan. Regulasi tersebut dianggap biang kerok munculnya upah murah bagi buruh.

"Kami menuntut pencabutan PP 78 Tahun 2015 karena tidak sesuai dengan kondisi riil di lapangan di mana upah ditetapkan berdasarkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Sungguh, aturan tersebut sangat merugikan buruh karena tidak sesuai kondisi di lapangan," kata Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Sulsel Basri Abbas kepada Warta Ekonomi di Makassar, belum lama ini.

Menurut Basri, aturan lama sebelum terbitnya PP 78/2015 lebih pro-buruh. Dalam aturan terdahulu, penetapan upah tidak mengacu pada besaran inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang tentunya berbeda-berbeda di tiap daerah. Perwakilan dari serikat pekerja pun dilibatkan dalam survei pasar dan daya beli sebagai salah satu pertimbangan penetapan upah minimum.

"Saat ini, upah buruh tidak berbanding lurus dengan daya beli," keluhnya.

Basri mengimbuhkan imbas penerapan PP 78/2015 sudah dirasakan buruh Sulsel tatkala penetapan upah minumum provinsi pada tahun ini. Untuk kali pertama dalam sejarah, upah pekerja di Sulsel hanya naik delapan persen. Sebelumnya, rata-rata kenaikan upah pekerja di Sulsel berkisar 10-15 persen.

"Kami menolak keras upah murah untuk buruh," tegas dia.

Dalam aksi peringatan May Day pada 1 Mei, Basri mengungkapkan pihaknya sudah melakukan konsolidasi dengan sejumlah serikat buruh di Sulsel. Setidaknya ada sekitar 5.000 buruh yang siap bergerak melakukan aksi demonstrasi. Tiap kali peringatan May Day, Basri mengaku sebenarnya menginginkan menjadi hari libur bersama keluarga. Tapi, belum tuntasnya permasalahan buruh memaksa pihaknya untuk turun ke jalan.

"Seandainya tidak ada masalah, buruh ingin menikmati Mayday dengan liburan bersama family. Seharusnya diluangkan untuk bersenang-senang, tapi karena kondisi seperti ini yang membuat para buruh harus berteriak menyuarakan tuntutannya untuk perbaikan nasib," terang Basri.

Lebih jauh, Basri menegaskan aksi buruh pada May Day merupakan aksi damai. Karena itu, pihaknya terus melakukan konsolidasi dengan internal serikat pekerja guna memastikan tidak ada penyusup. Basri melanjutkan pihaknya juga telah berkomunikasi dengan aparat kepolisian untuk mengawal aksinya.

"Insya Allah bisa tertib dan aman," tuturnya.

Kepala Bidang Humas Polda Sulsel Kombes Dicky Sondani mengatakan pihaknya siap mengawal aksi buruh pada May Day. Sekitar 1.300 aparat keamanan siap dikerahkan untuk pengamanan. Mereka akan ditempatkan di berbagai titik aksi d antaranya di Monumen Mandala di Jalan Jenderal Sudirman; Fly Over, Kantor Gubernur dan DPRD Sulsel di Jalan Urip Sumoharjo dan sejumlah ruas jalan di depan kampus di Kota Makassar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: