Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

REI Berpeluang Kembangkan Hunian Alam di Riau

REI Berpeluang Kembangkan Hunian Alam di Riau Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Pekanbaru -

Real Estat Indonesia (REI) Riau berpeluang untuk mengembangkan hunian dengan konsep "be one with nature" atau yang menyatu dengan alam.

Ketua REI Riau, Amran Tambi kepada pers di Pekanbaru, Kamis (11/5/2017) siang mengatakan, itu merupakan wujud dukungan untuk Pemerintah Provinsi Riau yang kini terus mengembangkan pariwisata demi mangaet wisatawan, tujuannya agar perekonomian di daerah ini membaik setelah sektor migas tidak lagi bisa diandalkan.

"Target hunian tahun ini adalah 12 ribu, namun saya belum berani menyampaikan berapa realisasinya karena masih ada beberapa hambatan, termasuk soal Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang sejauh ini belum juga tuntas," kata Amran Tambi.

Adakah konsep hunian wisata di Riau nantinya? Tambi menjawab, tentu peluang itu akan ditangkap sebagai wujud mendukung kemajuan sektor pariwisata di Riau.

Konsep hunian "Be One with Nature", atau menyatu dengan alam sejauh ini telah dikembangkan di sejumlah daerah di Tanah Air, seperti di Bali, Bangdung, dan Sumatera Barat yang memang terkenal sektor pariwisatanya.

Hunian "Be One with Nature" dibangun di tengah-tegah atau di sekitar lokasi objek wisata yang telah didukung dengan infrastruktur yang memudahkan wisatawan untuk berkunjung untuk menikmati alam yang indah.

Bagaimana di Riau? Tambi menjelaskan, sebenarnya konsep hunian bernuansa alam sangat layak dibangun di berbagai wilayah di Riau, namun itu semua membutuhkan dukungan pemerintah dan tentunya kembali diserahkan pada pengembang atau investor.

"Kalau untuk di Kota Pekanbaru, konsep yang hampir mirip sudah ada, yakni Hunian Baliview Luxury," katanya.

Hunian Baliview Luxury adalah sebuah penginapan berkonsep villa hotel, dan bernuansa Bali, satu-satunya di Kota Pekanbaru yang mengangkat tema wisata buatan khas Bali.

Namun Hunian Baliview Luxury belum masuk dalam kategori 'Be One with Nature' karena belum menyatu dengan alam yang menjadi objek wisata sesungguhnya.

Untuk diketahui, Riau sesungguhnya memiliki sejumlah objek wisata alam yang luar biasa, seperti Air Terjun Batu Dinding di Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, kemudian Air Terjun Guruh Gemurai yang berlokasi di Kabupaten Kuantan Singingi.

Wisata alam lainnya adalah kawasan Air Terjun Aek Martua Lokasinya berada di Desa Tangun, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Rokan Hulu.

Ada juga objek wisata Pantai Rupat Utara di Kabupaten Bengkalis yang sejauh ini sudah dikenal sebagai alternatif wisata bagi turis lokal.

Dan yang paling anyar karena telah dikenal mancanegara yakni Objek Wisata Bono atau sempat dikenal ombak tujuh hantu, berlokasi di Sungai Kampar lokasinya berada di Desa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan.

Namun dari sejumlah kawasan potensial wisata di Riau itu, hanya Bono dan Pantai Rupat yang masuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KPSN).

"Kalau ditanya apakah pemerintah mendukung, tentu pemerintah mendukung seratus persen pembangunan di lokasi wisata alam itu, namun dilihat dulu aturannya," kata Kepala Dinas Pariwisata Riau, Fahmizal Usman dibubungi terpisah.

Ia jelaskan, bahwa sejauh ini memang Ombak Bono dan Pantai Rupat yang baru masuk status KSPN sesuai dengan PP Nomor 50 tahun 2010.

Sementara kawasan lainnya termasuk ada beberapa lokasi wisata alam air terjun dan Sungai Subanyang masih berada di kawasan lindung Marga Satwa.

"Untuk itu, maka kemudian alternatif pengembangan wisatanya adalah wisata petualang, bukan untuk wisata keluarga pada umumnya," kata dia.

Sementara untuk bono, lanjut dia, memang sudah menjadi magnet wisata strategis dan andalan bagi Pemerintah Provinsi Riau.

Bahkan, demikian Fahmizal, Pemerintah Kabupaten Pelalawan telah menyediakan lahan sekitar 600 hektare untuk pengembangan kawasan wisata alam bono yang telah dikenal hingga mancanegara.

"Maka tentu kami mendorong dan mendukung perusahan untuk berinvestasi di lokasi wisata tersebut, untuk menjadi kawasan ekonomi khusus pariwisata," katanya.

Tentu, lanjut dia, dalam pengembangannya, desain arsitektur berkaitan dengan bangunan, harus berdekatan dengan aspek kearifan lokal atau "local wisdom".

Yang dimaksud "local wisdom" menurut Fahmizal adalah pembangunan yang benar-benar bermuatan lokal, atau bercirikhas Melayu dan bersahabat dengan alam.

"Jangan pula desain arsitekturnya malah khas daerah lainnya seperti Bali, tentu tidak sesuai," demikian Fahmizal. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: