Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bisnis Jamu, Wanita Ini Berhasil Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah

Bisnis Jamu, Wanita Ini Berhasil Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebagai minuman tradisioanal yang berguna untuk kesehatan, jamu justru kerap dinilai sebagai minuman yang kurang bergengsi. Bahkan, tidak jarang masyarakat modern yang menganggap obat generik atau obat-obatan lainnya yang diproduksi oleh perusahaan farmasi, jauh lebih baik ketimbang jamu racikan tradisional.

Fenomena tersebut ternyata mampu memunculkan keprihatinan seorang Nova Dewi (42) yang menjadikan minum jamu sebagai rutinitas dan budaya keluarganya sejak ia kecil hingga saat ini.

?Saya ini dari kecil minum jamu, saya pecinta jamu. Ketika saya pindah ke Jakarta lima tahun yang lalu, kok saya lihat anak mudanya tidak minum jamu ya. Ternyata image yang terbentuk itu adalah jamu pahit, minuman wong tuo (orang tua), enggak cool, dan sebagainya. Jadi, saya ini merasa tertantang ya, masa sih jamu ini tidak bisa juga eksis seperti kopi dan teh,? ungkap Nova kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu di Jakarta.

Kemudian dengan tekad yang kuat untuk melestarikan budaya Indonesia, Nova optimis untuk mulai berbisnis jamu. Karena menurut Nova, jamu merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan bersama-sama. Jika tidak, maka generasi muda dan mendatang tidak akan lagi mengenal jamu.

?Semua orang Indonesia tahu jamu, tetapi anak-anak kecil itu tidak tahu jamu. Ya kalau di Jawa tengah atau Jawa Timur itu mungkin masih tahu. Tetapi kalau yang di kota-kota besar ini tahunya hanya main game,? tutur Nova.

Akhirnya, dengan bekal keahlian membuat jamu yang dimilikinya dari warisan keluarga, wanita kelahiran Surabaya, 22 Oktober 1975 ini pun memberanikan diri untuk memulai berbisnis jamu dengan membuka kedai kecil yang ia beri nama kedai jamu ?Suwe Ora Jamu?, dan kemudian menjajakan jamu yang diproduksinya sendiri di home industry Jalan Petogogan 1 No 28, kepada masyarakat Jakarta.

Nova pun tekun menjalankan bisnis jamunya sejak Februari 2013 bersama sang suami yang adalah seorang desainer. Nova mengaku bekerjasama dengan suaminya untuk memperjuangkan bisnisnya. Dengan terus berinovasi terhadap produk jamu buatannya, perlahan Nova mampu melihat hasil dari kerja kerasnya tersebut.

Meski pada awalnya, kedai jamu Nova hanya dikunjungi oleh orang-orang yang sudah tua, atau yang sedang sakit. Tetapi lama kelamaan, dengan konsep yang dibuat berbeda, pelanggannya mulai banyak dari kalangan muda.

?Kita membuat konsep seperti bar jamu ya. Bukan bar alkohol. ?Jadi kita bawanya fun, dan biar anak-anak muda bisa dekat lagi sama budaya minum jamu. Karena misinya kan kita anak-anak muda Indonesia dulu deh. Soalnya kalau tidak, jamu bisa diambil sama Malaysia lho. Nama jamu saja sudah ditreatmark sama Malaysia, kan sayang sekali. Padahal jamu itu kan punyanya Indonesia,? paparnya.

Bisnis Nova pun terus berkembang, dan pelanggan mulai meningkat. Bahkan ia membuka cabang outlet Suwe Ora Jamu di beberapa lokasi lainnya di Jakarta. Hingga saat ini, Nova sudah memiliki 4 outlet dan berhasil memiliki pasar online yang tidak sedikit. Bahkan tidak jarang Nova menerima order dari luar kota hingga luar pulau.

Dengan keyakinanan dan ketekunannya dalam berbisnis jamu, Nova pun berhasil meraup omzet lebih dari Rp 100 juta setiap bulannya. Saat ini Nova juga sudah memiliki 30 orang karyawan.

?Saya punya kepercayaan bahwa ini adalah kearifan lokal Indonesia, saya orang Indonesia. Saya tahu negeri kita ini subur sekali. Banyak sekali bahan-bahan tumbuh di negeri kita. Jamu juga ini sudah ada sejak dulu, dan perusahaan-perusahaan jamu hingga saat ini juga masih survive. Saya inginnya kita bangga dengan jamu, mempelajari jamu, karena ini punya kita,? tegasnya.

Baca Juga: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: