Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ratusan Orang Antusias Antre Takjil Bubur Samin

Ratusan Orang Antusias Antre Takjil Bubur Samin Kredit Foto: Muhamad Ihsan
Warta Ekonomi, Solo -

Ratusan orang dari berbagai daerah antusias mengantre untuk mendapatkan takjil (makanan untuk berbuka puasa) berupa bubur samin di Masjid Darussalam Jayengan, Serengan, Solo, Jawa Tengah, Minggu petang.

Acara tradisi unik dengan menu bubur Samin menjelang berbuka puasa tersebut dihadiri tidak hanya warga sekitar, tetapi juga dari luar daerah, seperti Karanganyar, Klaten, dan Sukoharjo. Gatot (40), warga asal Boyolali mengaku sengaja datang ke Masjid Darussalam Jayengan Solo untuk mendapatkan bubur samin, kemudian membawa takjil itu ke rumah.

"Saya berharap dengan mendapat bubur samin, keluarga saya mendapat berkah dan keselamatan," kata Gatot.

Warga yang ingin mendapatkan bubur samin sudah berdatangan melakukan antrean sejak pukul 16.00 WIB. Mereka terlihat membawa tempat sendiri dari rumah untuk mendapatkan jatah takjil bubur samin yang sudah dilakukan pada zaman nenek moyang mereka. Menurut Ketua Pengurus Masjid Darussalam, H. Rosyidi Muchdlor, hidangan tersebut sebenarnya merupakan makanan biasa yang khas di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Bubur ini di Kalimantan biasa dijual setiap hari. Istimewanya di Kota Solo hanya dibuat pada bulan Ramadan dan hari raya umat Islam.

Rosyidi menceritakan awal mula bubur samin dan Masjid Darussalam tersebut. Tempat ibadah bagi umat Islam itu semula berupa langgar yang didirikan pada tahun 1907 oleh para saudagar dan pengrajin batu mulia berasal dari Martapura, Banjarmasin.

Para perantau untuk berdagang asal Kalimantan itu di Kota Solo kemudian berinisiatif membangun langgar di Jayengan. Langgar Jayengan yang dibuat oleh para pengrajin batu mulia tersebut semula berupa bangunan terbuat dari anyaman bambu, kemudian menjadi bangunan dari batu pada era 1930-an.

Para saudagar yang sudah berhasil berdagang di Solo, lantas melakukan pembangunan masjid dengan bentuk tembok seperti sekarang ini. Masjid itu sejak zaman dahulu merupakan tempat pertemuan para saudagar di Kota Solo.

Mereka berkumpul dan bersilaturahmi, terutama pada bulan puasa, disajikan takjil berupa bubur samin. Hal itu diperkirakan mulai pada era 1965-an hingga sekarang. Bubur itu dimasak dengan minyak samin yang ciri khas warnanya kekuningan, kemudian ditambah sejumlah rempah, seperti kapulogo, kayu manis, dan lainnya diramu menjadi satu.

"Bubur beras ini juga diberikan daging dan sayuran serta diaduk selama kurang lebih 4 jam," kata Rosyidi.

Menurut dia, untuk membuat bubur samin pada bulan puasa tahun ini, rata-rata sebanyak 45 kilogram beras per hari. Ia mengatakan bahwa bubur samin tidak hanya untuk masyarakat miskin, tetapi berbagai kalangan agar semua bisa merasakan kenikmatan rasa bubur asal Banjarmasin itu, khususnya dalam menyemarakkan Ramadan 1438H.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel:

Berita Terkait