Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Meraup Untung dari Bisnis Kaligrafi di Bulan Ramadan

Meraup Untung dari Bisnis Kaligrafi di Bulan Ramadan Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Bulan suci Ramadan selalu membawa berkah. Tidak hanya bagi umat Islam, tapi juga para pengusaha yang meraup untung dari besarnya perputaran uang selama bulan Ramadan. Salah satu usaha yang terbilang laris-manis adalah bisnis kaligrafi. Keuntungan dari bisnis seni keindahan tulisan Arab biasanya melonjak hingga 40 persen pada bulan Ramadan.

"Kalau masuk Ramadan, penjualan kaligrafi biasanya meningkat 30 sampai 40 persen. Siklusnya memang demikian. Rata-rata pesan kaligrafi ayat kursi Al-Quran dan lafaz Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW," kata pengusaha bingkai dan kaligrafi, Solekan (50), di tempat usahanya 'Warna Pigura' di Jalan Sungai Saddang Baru, Kota Makassar, Sulsel, akhir pekan lalu.

Menurut Solekan, pesanan kaligrafi selama Ramadan didominasi dari perorangan. Adapun pesan dari masjid maupun instansi tidak begitu signifikan. Meski ada peningkatan pesanan, pihaknya tidak mengambil keuntungan dengan menaikkan harga. Tiap kaligrafi dibanderol rentang Rp500 ribu hingga Rp1 juta dengan ukuran bervariasai mulai 40 cmx100 cm hingga 60 cmx120 cm.

Bisnis kaligrafi sendiri sudah digeluti Solekan semenjak lima tahun terakhir. Bahkan, khusus untuk bisnis bingkai telah dilakoni terhitung 1982. Kala itu, pria paruh baya ini hanya mengikuti ke kerabatnya sebelumnya akhirnya mampu mandiri sejak 2012. Kaligrafi yang dijualnya cukup bervariasi lantaran ada yang diproduksi sendiri dan ada pula yang didatangkan dari Jawa.

"Tabungan pribadi selama mengikuti kerabat itulah yang saya gunakan untuk merintis usaha sendiri. Modal awalnya sekitar Rp30 juta hingga Rp40 juta. Yang paling besar adalah membeli peralatan mencapai Rp25 juta," ucap Solekan.

Solekan menjelaskan beragam bahan dan peralatan untuk bisnis bingkai dan kaligrafi harus didatangkannya dari Jawa. Dicontohkannya paku untuk tripleks di belakang bingkai hingga plastik pewarna yang sampai kini belum banyak dijual di Kota Daeng. Namun, ia mengklaim itu tidak masalah karena sudah ada langganan dari Jawa yang selalu memasok.

Selama lima tahun menjalani bisnis bingkai dan kaligrafi, Solekan mengimbuhkan omzetnya terus menurun, meski tidak begitu signifikan. Ketatnya persaingan menjadi alasan ditambah sulitnya mengembangkan usaha yang hanya mengandalkan momentum.

"Sekarang kan makin menjamur penjual bingkai dan kaligrafi keliling. Jadi persaingannya main berat," tutur Solekan.

Menurut Solekan, pada tahun-tahun awal merintis bisnis bingkai dan kaligrafi, pihaknya mampu meraup untung hingga Rp8 juta per pekan. Saat ini, sulit untuk bisa mendapatkan pendapatan sebesar itu. Tiap pekan, pendapatan dari usaha bingkai dan kaligrafinya kini tidak bisa melampaui Rp7 juta.

Lebih jauh, Solekan menjelaskan untuk pengembangan usaha, pihaknya belum berpikir untuk mengambil pinjaman dari bank atau lembaga pembiayaan. Lagi pula, usahanya sangat bergantung pada momentum, baik itu Ramadan maupun pilkada. Keuntungan hanya diperoleh secara signifikan tatkala ada momentum khusus.

"Pekerja pun hanya ada dua orang dan baru ditambah kalau banjir pesanan. Untuk pekerja juga belum diasuransikan, makanya saya belum berpikir untuk menambah beban dengan mengambil pinjaman dari bank. Cukuplah dari modal yang berputar dulu," tutur dia.

Untuk pemasaran produk, Solekan masih mengandalkan cara konvensional yakni berjualan di tokonya. Perkembangan teknologi tidak dimanfaatkanya dengan menggunakan beragam media sosial, seperti Facebook, WhatsApp dan Instagram. "Cukup dengan menjaga kualitas produk dan kepercayaan pembeli. Kalau barangnya bagus, pasti akan datang lagi," tutur Solekan penuh keyakinan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: