Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Keputusan Trump Tinggalkan Kesepakatan Paris Sebuah Kemunduran Global

Keputusan Trump Tinggalkan Kesepakatan Paris Sebuah Kemunduran Global Kredit Foto: Nytimes.com
Warta Ekonomi, Shanghai, China -

Kantor berita China Xinhua menggambarkan keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump keluar dari kesepakatan iklim Paris sebagai "kemunduran global" dan membantah pernyataan Trump bahwa itu akan menciptakan lebih banyak pekerjaan di AS.

Dalam tanggapan disiarkan pada Jumat (2/6/2017), Xinhua menyatakan bahwa tidak ada satu negara pun sekarang mungkin mengambil alih kepemimpinan global untuk upaya melawan perubahan iklim.

China melampaui Amerika Serikat sebagai negara penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia pada 2007 namun pengulas melihat penarikan diri Amerika Serikat adalah kesempatan bagi China untuk membangun citranya sebagai pemimpin dunia.

"Keputusan Trump meninggalkan kesepakatan Paris akan menyisakan tempat cukup besar untuk diisi satu negara," kata Xinhua, dengan menambahkan bahwa pemain utama, seperti, China, Uni Eropa dan India menegaskan kesediaan mereka meningkatkan usaha.

"Meninggalkan kesepakatan Paris 2015 tidak dapat diterjemahkan menjadi sebuah peningkatan substansial lapangan pekerjaan baru karena industri bahan bakar fosil sangat otomatis," kata Xinhua.

Mengingat bahwa Trump mengatakan dia pernah "melakukan diskusi ekstensif" dengan orang-orang di kedua belah pihak debat iklim, menurut media itu, "Seseorang hanya bisa berasumsi bahwa Trump memiliki alasan yang sangat bagus untuk meninggalkan Kesepakatan Paris, dan bahwa dia mengetahui implikasinya dari penarikan diri Amerika Serikat dari kesepakatan penting ".

Trump, merujuk pesan "America First" yang dia gunakan saat dia terpilih sebagai presiden tahun lalu, mengatakan bahwa kesepakatan Paris akan merugikan ekonomi Amerika Serikat, menghilangkan pekerjaan di Amerika Serikat, melemahkan kedaulatan nasional Amerika Serikat dan menempatkan negara itu secara permanen dirugikan negara lain seperti China.

"Global Times", tabloid kelolaan pemerintah, mengatakan dalam tajuknya, yang diterbitkan pada Kamis sebelum pengumuman Trump, bahwa China tidak tertarik dalam diskusi tentang kepemimpinan memerangi perubahan iklim dan akan fokus dengan janjinya untuk mengurangi emisi.

Media itu menyebut penarikan diri dari Kesepaktan Paris sebagai "sembrono" dan akan "menyia-nyiakan sumber diplomatik Amerika Serikat yang semakin terbatas".

"Memang ada beberapa orang yang kurang mampu di Amerika Serikat, namun masalah mereka terutama disebabkan oleh tata kelola internal yang buruk. Mencari alasan eksternal untuk kesengsaraan domestik sama sekali bukanlah sesuatu yang harus dilakukan oleh ekonomi terbesar di dunia, "katanya.

Keputusan Trump untuk menarik Amerika Serikat dari Perjanjian Paris itu merupakan pemenuhan janji yang dilontarkannya saat kampanye. Namun, keputusan itu diperkirakan akan mengundang penentangan luas, baik di dalam maupun luar negeri.

Sebelum keputusan tersebut diumumkan pada Kamis, Trump --yang pernah mengatakan bahwa perubahan iklim itu adalah suatu "kabar bohong", telah mengambil serangkaian tindakan yang ditujukan untuk membalikkan kebijakan-kebijakan soal perubahan iklim yang digariskan pendahulunya, mantan presiden Barack Obama.

Perjanjian Paris soal perubahan iklim disetujui oleh hampir semua negara di dunia pada 2015 setelah melalui perundingan panjang.

Perjanjian itu dibuat untuk menangani perubahan iklim dengan mengurangi pembuangan gas rumah kaca serta menetapkan sasaran global untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata tidak lebih dari 2 derajat Celcius di atas tingkat praindustri. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: