Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank Dunia: Ekonomi Global Tumbuh 2,7 Persen

Bank Dunia: Ekonomi Global Tumbuh 2,7 Persen Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global mengalami penguatan dan bisa mencapai 2,7 persen pada 2017 yang didukung dengan membaiknya kinerja manufaktur dan perdagangan, meningkatnya kepercayaan pasar serta stabilnya harga komoditas.

"Sudah terlalu lama kami melihat pertumbuhan yang rendah menghambat kemajuan dalam pengentasan kemiskinan, jadi sangat menggembirakan melihat tanda-tanda bahwa ekonomi global semakin menguat," kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Senin (5/6/2017).

Kim menambahkan pemulihan yang sedang berlangsung termasuk rapuh tapi nyata, dan negara harus memanfaatkan kondisi itu untuk melakukan reformasi kelembagaan dan pasar yang bisa menarik investasi swasta guna mempertahankan pertumbuhan jangka panjang.

"Negara-negara juga harus melakukan investasi pada sumberdaya manusia dan membangun ketahanan terhadap tantangan yang tumpang tindih, termasuk perubahan iklim, konflik, pemindahan paksa, kelaparan dan penyakit," ungkapnya.

Laporan terbaru Bank Dunia berjudul Global Economic Prospect edisi Juni 2017 menyatakan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju diperkirakan akan meningkat sebesar 1,9 persen pada 2017, yang juga menguntungkan mitra dagang negara-negara tersebut.

Dengan peningkatan kondisi internasional yang didukung membaiknya pembiayaan global dan stabilnya harga komoditas, pertumbuhan ekonomi negara berkembang secara keseluruhan akan meningkat menjadi 4,1 persen pada 2017, dari 3,5 persen di 2016.

Pertumbuhan di pasar tujuh negara berkembang terbesar di dunia diproyeksikan akan meningkat dan melampaui rata-rata jangka panjangnya pada 2018. Aktivitas pemulihan di ekonomi berbagai negara tersebut akan membawa dampak positif yang signifikan bagi pertumbuhan di negara berkembang lainnya.

Namun, terdapat risiko bagi proyeksi ini, karena rencana pembatasan kegiatan perdagangan bisa menggagalkan pulihnya kinerja perdagangan global. Selain itu, ketidakpastian kebijakan secara terus-menerus bisa menghambat kepercayaan dan investasi.

Sementara itu, dalam situasi gejolak pasar keuangan yang sangat rendah, penilaian mendadak oleh pasar terhadap risiko kebijakan atau laju normalisasi kebijakan moneter negara-negara maju bisa memicu guncangan sektor keuangan.

Dalam jangka panjang, produktivitas dan pertumbuhan investasi yang terus-menerus mengalami perlemahan dapat mengikis prospek pertumbuhan jangka panjang di pasar yang sedang tumbuh, juga di negara berkembang yang saat ini menjadi kunci pengentasan kemiskinan.

Laporan itu ikut menyoroti kekhawatiran tentang meningkatnya utang dan defisit di pasar yang sedang tumbuh serta negara berkembang karena meningkatkan kemungkinan bahwa kenaikan suku bunga yang tiba-tiba atau kondisi pinjaman yang lebih berat bisa menyebabkan gangguan.

Pada akhir 2016, utang pemerintah melampaui situasi pada 2007 sebesar lebih dari 10 persen terhadap PDB di lebih dari setengah pasar yang sedang tumbuh serta negara berkembang dan neraca fiskal memburuk dari kondisi pada 2007 sebesar lebih dari lima persen terhadap PDB di sepertiga negara-negara tersebut.

"Berita yang meyakinkan adalah bahwa perdagangan mulai pulih. Yang membawa kekhawatiran adalah investasi tetap lemah. Kami mengalihkan prioritas untuk melakukan pinjaman ke proyek-proyek yang dapat memacu investasi lanjutan oleh sektor swasta," tambah Kepala Ekonom Bank Dunia Paul Romer.

Titik terang dalam prospek ini adalah pemulihan pertumbuhan perdagangan menjadi pada kisaran empat persen pasca krisis finansial dengan titik terendah sebesar 2,5 persen pada 2016.

Laporan ini menyoroti kelemahan utama perdagangan global yaitu adanya perdagangan antar perusahaan yang tidak terhubung melalui kepemilikan. Perdagangan melalui jalur outsourcing telah melambat jauh lebih tajam daripada perdagangan antar perusahaan dengan kepemilikan yang sama dalam beberapa tahun terakhir.

Kondisi tersebut mengingatkan pentingnya jaringan perdagangan global yang sehat bagi perusahaan yang kurang terintegrasi dan merupakan mayoritas perusahaan.

"Setelah perlambatan yang berkepanjangan, percepatan aktivitas di beberapa pasar yang sedang tumbuh merupakan perkembangan yang disambut baik untuk pertumbuhan di wilayah mereka dan ekonomi global," kata Direktur Prospek Ekonomi Pembangunan Bank Dunia Ayhan Kose.

Untuk itu, saat ini waktu yang tepat bagi pasar negara maju dan negara berkembang untuk menilai kerentanan yang dimiliki dan memperkuat penyangga kebijakan untuk melawan berbagai guncangan yang dapat merugikan. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: