Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Proyek Strategis China Senilai US$10 Miliar di Myanmar, Picu Kemarahan Warga

Proyek Strategis China Senilai US$10 Miliar di Myanmar, Picu Kemarahan Warga Kredit Foto: Reuters/Jorge Silva
Warta Ekonomi, Jakarta -

Beberapa hari sebelum kapal supertanker pertama yang membawa 140.000 ton minyak mentah yang terikat dengan China tiba di pelabuhan Kyauk Pyu di Myanmar, pejabat setempat menyita jaring ikan oleh salah seorang nelayan bernama Nyein Aye.

Nelayan berusia 36 tahun itu termasuk di antara ratusan yang dilarang memancing sepanjang di dekat titik masuk untuk pipa yang memompa minyak sejauh 770 km (480 mil) melintasi Myanmar ke barat daya China dan merupakan bagian penting dari "Belt and Road" Proyek untuk memperdalam hubungan ekonominya dengan Asia dan sekitarnya.

"Bagaimana kita bisa mencari nafkah jika kita tidak diizinkan menangkap ikan?" ujar Nyein Aye, yang membeli kapal lebih besar empat bulan yang lalu, tapi sekarang dia berujar bahwa pendapatannya turun dua pertiga karena penurunan hasil tangkapan akibat pembatasan kapan dan dimana dia bisa memancing, sebagaimana dikutip dari laman Channel NewsAsia, di Jakarta, (9/6/2017).

Bulan lalu ia bergabung dengan lebih dari 100 orang dalam sebuah demonstrasi menuntut kompensasi dari operator pipa Petrochina. Pipa tersebut merupakan bagian dari Zona Ekonomi Khusus Kyauk Pyu yang hampir bernilai US$10 miliar, sebuah skema yang menjadi jantung hubungan Myanmar-China yang cepat dan sukses dan juga sangat penting bagi pemimpin negara Asia Tenggara Aung San Suu Kyi.

Suu Kyi yang dihujani kritik membutuhkan kemenangan ekonomi yang besar untuk membendung kritik tersebut bahwa tahun pertamanya di pemerintahannya telah ada sedikit kemajuan dalam reformasi.

Dukungan China juga merupakan kunci untuk menstabilkan perbatasan bersama mereka, di mana lonjakan pertempuran dengan kelompok etnis bersenjata yang mengancam proses perdamaian yang dikatakan Suu Kyi sebagai prioritas utamanya.

CITIC Group yang dikelola negara China, pengembang utama Zona Ekonomi Khusus Kyauk Pyu, mengatakan akan menciptakan 100.000 lapangan kerja di negara bagian Rakhine, yang merupakan wilayah Myanmar yang paling miskin.

Namun, banyak penduduk setempat mengatakan bahwa proyek tersebut dilalui tanpa konsultasi atau penghormatan terhadap cara hidup mereka.

Kecurigaan China melanda Myanmar, dan permusuhan publik karena masalah lingkungan dan lainnya telah menunda atau menggagalkan proyek mega China di negara tersebut di masa lalu.

China mengatakan pengembangan Kyauk Pyu didasarkan pada kerjasama "saling menguntungkan" antara kedua negara.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: