Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Vidi Aldiano Akui 'Dendam' Masa Lalu Picu Semangat Jadi Entrepreneur

Vidi Aldiano Akui 'Dendam' Masa Lalu Picu Semangat Jadi Entrepreneur Kredit Foto: Dina Kusumaningrum
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dewasa ini dunia entrepreneurship sedang digemari para anak muda Indonesia. Hal ini dapat menjadi sebuah potensi baik mengingat tingginya jumlah anak muda di Indonesia. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2014, tercatat terdapat sebanyak 61,8 juta pemuda atau 24,5 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Dengan semakin banyaknya anak muda Indonesia yang terjun ke dunia entrepreneurship maka angka pertumbuhan perekonomian bangsa juga dapat terpengaruh.

Anak muda dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, influencer, hingga selebritis, sedang marak menggeluti bidang satu ini. Tampak contohnya penyanyi papan atas tanah air, Vidi Aldiano, dan putri dari pengusaha sukses Chairul Tanjung, Putri Tanjung.

Vidi yang sudah menggeluti dunia tarik suara selama kurang lebih 10 tahun ini merasa perlu tahu bagaimana menjalankan bisnis dalam industri musik untuk tetap bertahan di dalamnya.

"Setelah masuk di industri musik, gue merasa enggak cukup untuk jadi senimannya saja. Gue harus mengerti sisi entrepreneur-nya. Dari situ gue memulai langkah menjadi seorang entrepreneur. Jadi enggak cuma jadi penyanyi, tapi gue mulai belajar bagaimana caranya mempunyai label sendiri dan mengorganisir suatu brand atau produk, yaitu diri gue sendiri," jelas Vidi dalam sesinya di The Backstage,?Selasa (20/6/2017) lalu.

Selain label musik VA yang menaungi beberapa musisi tanah air, Vidi juga merambah ke bidang bisnis lainnya seperti fashion, kuliner, dan sekarang startup digital. Vidi saat ini tengah membangun startup digital bernama KROWD, sebuah ?platform yang menghubungkan para kreator di industri kreatif untuk saling berkolaborasi dan berkarya.

Kesuksesan yang dicapai Vidi saat ini tidak diraih dengan sekejap mata. Berbagai jalan berliku dilalui oleh lulusan master jurusan Manajemen Bisnis dan Inovasi dari Universitas Manchester ini. Vidi tidak langsung berhasil saat mencoba masuk ke industri musik untuk menjadi seorang penyanyi yang sudah menjadi cita-citanya sejak kecil.

"Dulu tahunya kan kalau mau jadi penyanyi sukses harus masuk ke label besar, jadi memutuskan bikin demo musik. Alhasil tiga tahun banting tulang, sampai putus sama pacar gue, jadilah demo musik gue. Dengan percaya dirinya gue sebar ke enam label besar di Indonesia saat itu. Ternyata keenam-enamnya menolak mimpi gue. Itu rasanya sakit banget," cerita Vidi lebih lanjut.

Vidi mengaku sempat marah dan kecewa pada dirinya sendiri, namun semua hal itu ia jadikan semangat untuk bisa membuktikan bahwa dirinya bisa. Setelah ditolak enam label tersebut, Vidi melakukan roadshow ke berbagai radio di Pulau Jawa dengan menyetir mobilnya sendiri. Alhasil beberapa minggu kemudian lagunya berhasil masuk daftar putar radio Jakarta dan kemudian album perdananya, Nuansa Bening, menjadi hits di masa itu.

Lain cerita dengan Vidi, Putri Tanjung lebih berpengalaman dalam mencicipi asam garam bisnis event creator. Berawal dari kegemaran dalam mengurus acara sekolah dan pesta ulang tahun teman, Putri membangun Creativepreneur Event Creator secara mandiri tanpa mendapat suntikan dana sedikitpun dari sang ayah.

"Pertama kali mengurus acara itu ulang tahun temanku sendiri. Aku presentasi ke ibunya dan alhamdullilah dia percaya setelah aku meyakinkan dia dengan berbagai cara. Beliau memberi aku uang senilai Rp20 juta dan itu adalah uang terbanyak yang pernah aku pegang waktu itu di hidupku, apalagi waktu itu umurku baru 15 tahun. Dimulai dari usaha itu, dulu namnya El Paradiso, dari bikin pesta ulang tahun itu sampai sekarang, orangtuaku belum pernah memodali usaha aku satu rupiah pun," cerita Putri lebih lanjut.

Senada dengan Vidi, Putri juga tidak mengawali kesuksesan yang ia alami sekarang dengan mudah. Putri bercerita dulu dirinya sering diejek dan menjadi sasaran bully oleh teman-temannya karena fisiknya dianggap gemuk dan rambut yang keriting. Ia juga dipandang sebelah mata karena dianggap hanya mengandalkan ayahnya yang merupakan seorang pengusaha sukses.

"Aku itu bukan sosok yang percaya diri. Waktu kecil aku gendut dan rambutku dibilang kayak brokoli. Aku sering diejeklah, dijadiin bahan bully, dan dipandang sebelah mata. Tapi semua bad pressure itu aku jadikan hal-hal positif. Aku jadiin pacuan untuk diriku. Aku mau membuktikan ke diriku sendiri kalau aku juga bisa," ungkap Putri.

Berangkat dari dua latar belakang yang cukup berbeda, namun keduanya sama-sama percaya pada mimpi dan passion-nya masing-masing serta mau berusaha untuk mencapainya.

Baca Juga: Meningkat 21 Persen, Bandara Ngurah Rai Layani 3,5 Juta Penumpang Hingga Februari 2024

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: