Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketika Orang Tua Memilih Sekolah untuk Anak

Ketika Orang Tua Memilih Sekolah untuk Anak Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Setiap orang tua menginginkan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Saat memasuki usia wajib belajar orang tua tidak ingin anaknya tertinggal dalam mendapatkan pendidikan akademik. Tidak hanya itu, pendidikan karakter dan dukungan terhadap bakat dan minat juga diperlukan.

Senang dan bahagia ketika anak akan masuk sekolah dasar tahun ini. Perasaan bahagia yang lebih besar dibanding saat anak masuk ke TK dua tahun yang lalu. Entah apa yang memicu perasaan itu, tapi saya merasa bahagia akhirnya si kecil yang masih suka nangis dan jajan itu ternyata sudah saatnya duduk di bangku sekolah dasar.

Memilih sekolah untuk anak pertama saya sempat bingung dalam memilih sekolah. Dalam pikiran saya sekolah adalah tahapan di mana seorang anak mulai dikenalkan tentang dunia yang lebih luas melalui pendidikan akademik. Selain itu saya juga menginginkan agar anak mendapatkan pendidikan karakter dan pengenalan bakat dan minat yang lebih baik.

Sebelum mengambil keputusan saya melakukan survei mulai dari membaca di internet, bertanya kepada orang-orang yang sudah berpengalaman, hingga sharing dengan teman-teman sebaya yang juga akan memasukkan anaknya ke sekolah di tahun ini. Ada banyak pendapat yang saya terima, ada yang memilih sekolah negeri karena murah, ada pula yang menyekolahkan anak ke sekolah swasta karena menawarkan fasilitas dan program yang lebih baik.

Salah seorang teman di tempat kerja yang berdomisili di Bekasi Jawa Barat mengatakan dua orang anaknya bersekolah di sekolah swasta Islam Terpadu (IT). Pertimbangannya dengan dimasukkan ke sekolah tersebut si anak lebih pandai tentang pendidikan agama dibanding bersekolah di sekolah negeri. Sehingga tidak perlu tambahan kegiatan seperti mengaji, selain itu perilaku anak juga bagus.

Namun sekolah yang menawarkan nilai tambah seperti pengetahuan agama biasanya lebih mahal dibanding sekolah negeri. Saat ini ada banyak sekolah dengan latar belakang agama, Islam atau agama yang lain, masing-masing memiliki keunggulan dalam hal program dan kurikulum, fasilitas, biaya hingga lokasi sehingga masyarakat bisa memilih.

Belum puas dengan saran tersebut, saya coba berbagi dengan alumni teman sekolah melalui grup messenger. Masuk ke group dengan obrobal pembuka ?mau menyekolahkan anak di mana apa alasannya? langsung mendapatkan banyak respon dari anggota grup. Rupayanya banyak yang akan menyekolahkan anaknya tahun ini, beberapa teman juga sudah ada yang menyekolahkan anaknya beberapa tahun lebih awal.

Salah seorang anggota grup, Rahma, juga mengaku puas menyekolahkan anaknya di sebuah SD IT. Di SD IT di Klaten Jawa Tengah anaknya banyak dilatih untuk menghafal Al Qur?an. Untuk bidang akademik tergolong standar, tapi tidak ketinggalan dengan sekolah dasar pada umumnya.

Karena banyak pendidikan agama, sekolah di SD IT durasinya lebih lama hingga pukul 15.00 WIB. Tapi meskipun demikian si anak tidak kehilangan waktu untuk bermain bersama dengan teman-temannya, seperti bermain sepak bola dan bermain di sawah.

Tiwi, seorang teman yang berdomisili di Salatiga Jawa Tengah mengungkapkan, sebelum memasukkan anakknya ke sekolah, dia melakukan komparasi beberapa sekolah untuk referensi kurikulum, kegiatan luar sekolah dan lain-lain. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan menurut ibu ini antara lain dukungan sekolah terhadap bakat dan minat anak.

Akhirnya Tiwi menyekolahkan anaknya di sekolah dengan latar belakang agama (Muhammadiyah Plus) di Kota Salatiga. Menurutnya mutu sekolah tersebut bagus, pulang tidak terlalu sore hampir sama seperti SD pada umumnya.

?Yang paling saya suka adalah cara penyampaian materi dan interaksi ke anak dan orang tua yang dua arah,? kata Tiwi.

Lantas bagaimana dengan SD negeri? Seusia saya 33 tahun, di masa sekolah dulu selalu disarankan oleh orang tua untuk bersekolah di sekolah negeri. Alasannya karena murah dan mutunya bagus. Sekolah swasta justru memiliki image sebagai sekolah buangan. Apakah kondisinya sekarang sudah terbalik, melihat banyak orang tua yang lebih memfavoritkan sekolah swasta.

Ternyata tidak, sekolah negeri dari dulu hingga sekarang tetap bagus. Sekolah negeri menggunakan kurikulum yang telah ditetapkan dan distandardisasi oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Sekolah negeri juga memiliki tingkatan sekolah standar nasional (SSN), rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI), dan sekolah berstandar internasional (SBI).

Pendidikan karakter dan pengenalan bakat

Haryo, seorang teman saya yang saat ini berdomisili di Probolinggo Jawa Timur berpendapat, bahwa ilmu akademik itu di sekolah, ilmu agama itu di mushola, masjid, atau gereja, dan ilmu karakter kepribadian itu di keluarga. Artinya bersekolah tujuan utamanya untuk mendapatkan ilmu akademik, jika ingin ilmu agama maka belajar di tempat ibadah, dan untuk karakter bisa dibangun sendiri di rumah oleh orang tua.

Demikian juga dalam pengenalan bakat, yang sebetulnya dapat dikenalkan sedini mungkin. Kita pasti sering lihat ada anak usia 1-3 tahun sudah jago berenang, bermain alat musik dan lain-lain. Tak lain ketrampilan itu berkat peran orang tua yang mampu mengenali bakat si anak dan memupuknya sejak dini.

Untuk melatih bakat juga tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekolah, apalagi sekolah dasar. Sebab jika mengikuti pendidikan formal, penggalian minat biasanya baru dilakukan setelah Sekolah Menengah Atas (SMA) melalui sekolah kejuruan, seperti otomotif, elektronik, menjahit, memasak, musik dan lain sebagainya.

Menurut Haryo, sekolah swasta memang banyak yang lebih bagus sebab menawarkan program yang tidak ada di sekolah negeri. Terlebih lagi bagi sekolah yang menggunakan kurikulum internasional sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan. Kalau itu alasannya boleh-boleh saja.

?Masalahnya sekarang banyak yang bilang sekolah bagus karena orang tua sibuk, tidak ada waktu untuk sekedar belajar dengan anak,? ungkap Haryo.

Persoalan perilaku anak saat ini memang sedang menjadi sorotan. Ironisnya ketika ada anak berperilaku buruk beberapa pihak langsung saling menyalahkan, banyak orang tua menyalahkan sekolah. Di sekolah memang ditanamkan budi pekerti, namun pengaruh lingkungan dan keluarga itu di luar kendali sekolah. Maka peran orang tua sangat diperlukan.

Sebagai penutup diskusi di grup messenger, pernyataan teman saya bernama Andri menyimpulkan pendidikan karakter memang dapat diawali dengan memilih sekolah untuk anak. Namun tujuan utama sekolah adalah agar anak mendapatkan ilmu akademik. Kalaupun ada pendidikan yang lain seperti pendidikan karakter dan lainnya itu tidak bisa dianggap cukup. Orang tua tetap harus aktif ikut mengawasi dari lingkungan dan pergaulan yang ikut membangun karakter anak.

Akan menjadi seperti apa seorang anak itu tergantung dari orang tuanya sendiri. Meskipun anak sekolah di sekolah yang murah dan standar, tapi orang tua ikut aktif dalam mendidik anak, seperti memahami cara belajar, menjelaskan hal-hal yang baru diketahui anak, maka anak akan tumbuh dengan cerdas. Sebaliknya, biarpun anak sekolah di tempat yang mahal tapi orang tua kurang berperan aktif ya percuma saja.

Pucuk di cinta ulam tiba, di bulan Ramadhan 2017, saya sempat mengikuti diskusi dengan tema membangun Sumber Daya Manusia yang salah satu nara sumbernya adalah Najelaa Shihab, Founder Sekolah Cikal dan tokoh pendidikan di Indonesia. Dalam kesempatan saya mendapatkan pencerahan tentang pendidikan karakter.

Pada kesempatan tersebut salah seorang ibu berbagi pengalaman yang menyekolahkan anaknya ke sebuah Sekolah Alam. Harapan terbesar ibu tersebut agar anaknya setelah lulus SD tahu mana yang benar dan mana yang salah. Di tahap berikutnya saat di SMP dan SMA, anak-anak memiliki karakter yang lebih baik.

Dari cerita tersebut, Najelaa menanggapi bahwa memilih sekolah itu dikatakan baik apabila tujuan sekolah sejalan dengan tujuan orang tua. Dan tujuan pendidikan bukan untuk diterima di jenjang pendidikan berikutnya yang lebih baik, tetapi untuk membuat anak berkarakter.

Pada praktiknya untuk membuat anak berkarakter itu bisa dilakukan kapanpun dan di manapun. Artinya seorang anak bisa sekolah di manapun, sementara peran keluarga selalu diperlukan untuk membentuk karakter anak. Tapi memang dengan bersekolah di sekolah yang menanamkan pendidikan karakter akan mempermudah dalam membentuk karakter anak.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: