Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Deadline Diperpanjang, Qatar Akhirnya Tanggapi Tuntutan Negara-Negara Teluk

Deadline Diperpanjang, Qatar Akhirnya Tanggapi Tuntutan Negara-Negara Teluk Kredit Foto: Reuters/Fadi Al-Assaad
Warta Ekonomi, Jakarta -

Qatar pada hari Senin (3/7/2017) memberikan respons atas tuntutan dari Arab Saudi dan sekutunya, setelah mereka sepakat untuk memberikan Doha tenggat waktu selama 48 jam kepada negara tersebut.

Rincian tanggapan tersebut tidak segera dikemukakan secara mendetail, namun seorang pejabat Teluk mengatakan kepada AFP bahwa Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani telah menyampaikannya dalam kunjungan singkatnya ke Kuwait, yang bertindak sebagai mediator dalam krisis tersebut.

Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir telah mengumumkan pada dini hari Senin bahwa mereka mengingatkan kembali batas waktu bagi Qatar untuk segera merealisasi daftar 13 tuntutan yang dikeluarkan pada 22 Juni.

Pernyataan bersama mengatakan bahwa mereka memperpanjang ultimatum, yang akan berakhir pada akhir hari Minggu, atas permintaan emir Kuwait.

Tuntutan tersebut mencakup agar Doha segera mengakhiri dukungan untuk Ikhwanul Muslimin, menutup stasiun berita Al-Jazeera, menurunkan hubungan diplomatik dengan Iran dan menutup sebuah pangkalan militer Turki di emirat tersebut.

Sheikh Mohammed sebelumnya mengatakan bahwa daftar tuntutan tersebut "didesain untuk ditolak" dan pada hari Senin pengacara Inggris untuk Qatar mengecam tuntutan tersebut sebagai "penghinaan terhadap hukum internasional".

"Mereka mengingatkan pada tindakan ekstrim dan menghukum negara-negara 'pengganggu' yang secara historis menghasilkan perang," ujar pengacara tersebut, sebagaimana dikutip dari laman Channel NewsAsia, di Jakarta, Selasa (4/7/2017)

Di malam hari, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir, mengungkapkan harapannya untuk "respons positif agar dapat menyelesaikan krisis yang berlangsung".

Respons dari Qatar akan "diperiksa dengan presisi", Jubeir mengatakan dalam sebuah konferensi pers dengan mitranya dari Jerman Sigmar Gabriel di kota Laut Merah, Jeddah.

Arab Saudi dan sekutu-sekutunya mengumumkan pada tanggal 5 Juni mereka memutuskan hubungan dengan tetangga Teluk mereka, yang kemudian memicu krisis diplomatik terburuk yang melanda kawasan ini dalam beberapa dasawarsa.

Mereka menuduh Qatar mendukung ekstremisme dan terlalu dekat dengan saingan utama saingan Arab Saudi, yakni Iran, yang dengan tegas ditolak oleh Doha.

Krisis tersebut telah meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya ketidakstabilan di kawasan tersebut, yang notebene merupakan tempat tinggal beberapa eksportir energi terbesar di dunia, dan beberapa sekutu penting Barat yang menjadi tuan rumah pangkalan militer AS.

Dewan Keamanan PBB telah berbicara kepada Qatar untuk memilah-milah perselisihannya dengan tetangga-tetangganya di Teluk, duta besar PBB China Liu Jieyi mengatakan di New York pada hari Senin, mengindikasikan bahwa organisasi PBB tidak memiliki rencana untuk terlibat dalam perselisihan tersebut.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: