Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perhatian Dunia Tertuju Kepada Pertemuan Resmi Pertama Trump dan Putin di Forum G20 Jerman

Perhatian Dunia Tertuju Kepada Pertemuan Resmi Pertama Trump dan Putin di Forum G20 Jerman Kredit Foto: Reuters/ Ivam Sekretarev/Poll
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden A.S. Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan saling bertatap muka secara langsung untuk pertama kalinya pada hari Jumat (7/7/2017), dengan apa yang disebut-sebut sebagai pertemuan paling penting di sela-sela KTT G20.

Trump telah mengatakan bahwa dia ingin menemukan cara untuk bekerja dengan Putin, sebuah tujuan yang sekiranya tidak mudah karena perbedaan tajam mengenai tindakan Rusia di Suriah dan Ukraina, dan tuduhan bahwa Moskow ikut campur dalam pemilihan presiden di AS pada 2016.

Itu berarti setiap ekspresi wajah dan isyarat fisik akan dianalisis sama seperti kata-kata yang dikeluarkan oleh kedua pemimpin tersebut coba katakan, saat dunia mencoba membaca seberapa baik Trump, tokoh real estate dan mantan bintang televisi reality, berinteraksi dengan Putin, yang notabene mantan mata-mata.

Ketakukan dari publik adalah adalah bahwa presiden Partai Republik itu, seorang yang notabene pemula dalam bidang politik yang timnya masih mengembangkan kebijakan-kebijakan terhadap Rusia, akan kurang siap dari pada Putin, yang telah berurusan dengan dua presiden AS terakhir, dan sejumlah pemimpin dunia lainnya.

"Tidak ada apa-apa ... Kremlin ingin melihat lebih dari seorang presiden (AS) yang akan menghadapi pertemuan penting dan setelah itu berjalan pergi dengan mengatakan bahwa dia mengadakan pertemuan hebat dengan para otokrat Kremlin," ujar seorang perwakilan Adam Schiff, pejabat tinggi Demokrat di Dewan Intelijen Dewan Perwakilan Rakyat, mengatakan dalam sebuah wawancara di MSNBC, sebagaimana dikutip dari laman Reuters, di Jakarta, Jumat (7/7/2017).

Seiring penyelidikan di dalam negeri berlanjut tentang apakah ada kolusi antara kampanye kepresidenan Trump dan Rusia, tuduhan bahwa Trump telah dengan keras menolaknya, juga presiden A.S. berada di bawah tekanan untuk mengambil garis keras melawan Kremlin.

Pada hari Kamis, Trump mendapat pujian dari pihak Republik di Kongres A.S. setelah dia mendesak Rusia untuk menghentikan "aktivitas destabilisasi" dan mengakhiri dukungannya untuk Suriah dan Iran dalam sebuah pidato di Warsawa.

"Ini adalah awal yang bagus untuk minggu penting kebijakan luar negeri Amerika," ujar Senator Republik Lindsey Graham, yang sering mengkritik Trump mengenai masalah keamanan.

Namun sebelumnya pada hari itu, Trump menolak untuk mengatakan secara pasti apakah dia mempercayai pejabat intelijen A.S. yang mengatakan bahwa Rusia mencampuri pemilihan umum 2016.

"Saya pikir itu adalah Rusia, tapi saya pikir itu mungkin orang lain dan / atau negara lain, dan saya tidak melihat ada yang salah dengan pernyataan itu. Tidak ada yang benar-benar tahu pasti," ujar Trump pada sebuah konferensi pers, sebelum menyinggung Mantan Presiden Barack Obama dari Demokrat karena tidak berbuat lebih banyak untuk menghentikan hacking.

Gedung Putih menolak untuk menawarkan rincian tentang apa yang diminta Trump terhadap Putin dan tawarannya jika ditukar dengan kerja sama.

Sekretaris Negara A.S. Rex Tillerson mengatakan bahwa Trump ingin membicarakan bagaimana kedua negara dapat bekerja sama untuk menstabilkan Suriah yang sedang dilanda perang.

"Amerika Serikat siap untuk mengeksplorasi kemungkinan membangun kerjasama dengan Rusia untuk memastikan stabilitas, termasuk zona larangan terbang, pengamat gencatan senjata di darat, dan pengiriman bantuan kemanusiaan yang terkoordinasi," ujar Tillerson sebelum meninggalkan Amerika Serikat untuk bergabung dengan Trump di Jerman.

Trump juga murka dengan berhasilnya uji coba rudal balistik antar benua Korea Utara, yang menurut para analis memiliki jangkauan yang cukup jauh untuk mencapai Alaska.

Menghentikan ambisi nuklir Pyongyang adalah prioritas kebijakan luar negeri Trump yang paling utama, dan dia bertemu dengan para pemimpin dari Jepang dan Korea Selatan pada hari Kamis malam untuk membicarakannya. Dia juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di forum G20.

"Saya ingin melihat presiden menemukan cara tentang bagaimana cara melibatkan Rusia di Korea Utara," ujar Perwakilan Francis Rooney, seorang anggota kongres Partai Republik dari Florida yang berada di Komite Urusan Luar Negeri DPR.

"Apa yang saya sarankan kepada presiden di sini beberapa waktu lalu adalah karena kita memiliki semua masalah yang bertentangan dengan Rusia sekarang, dan kita masih terhuyung-huyung karena aksi mereka yang mengambil Krimea, mungkin ini adalah kesempatan untuk mengembalikan hubungan Rusia di cara yang lebih positif," pungkas Rooney dalam sebuah wawancara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: