Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bangun Bangsa, Standardpen Sebar Satu Juta Bolpoin dari Barat ke Timur

Bangun Bangsa, Standardpen Sebar Satu Juta Bolpoin dari Barat ke Timur Kredit Foto: Istimewa/foto.jpnn.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Produsen alat tulis asli Indonesia, PT Standardpen Industries terus meningkatkan partisipasinya dalam membangun bangsa. Sejak didirikan pada tahun 1962, Standardpen telah memproduksi sekitar 109 varian alat tulis dengan produksi per bulan sekitar 120 juta batang alat tulis baik bolpoin hingga spidol.

Megusdyan Susanto selaku CEO Standardpen Industries mengatakan bahwa sebagai bagian dari anak negeri, Standardpen akan terus membangun bangsa melalui berbagai produk alat tulis yang dihasilkan juga kegiatan sosial yang dilakukan untuk generasi penerus bangsa. Dengan pangsa pasar hingga 50 persen di Indonesia, segmentasi produk alat tulis dari Standardpen telah merata, baik di lingkungan sekolah maupun perkantoran.

"Kami sangat bangga dengan produk kami yang digemari oleh anak-anak sekolah. Anak-anak sekolah membutuhkan alat tulis yang nyaman digunakan, sehingga membantu kita untuk terus mengembangkan varian baru bagi produk Standardpen," kata Megusdyan dalam Media Gathering di Jakarta, Selasa (18/7/2017).

Menurut Megusdyan, segmen anak sekolah menjadi salah satu perhatian Standardpen dengan memperkenalkan alat tulis produk dalam negeri sekaligus mendukung budaya membaca dan menulis atau mewarnai. Untuk itu, Standarpen berinovasi menghasilkan bolpoin dengan tulisan smooth, tipis, sangat tipis, tebal, hingga runcing ujungnya sesuai kebutuhan anak-anak.

"Dengan dukungan produk alat tulis yang digemari anak-anak, kita bisa mengajak anak-anak untuk lebih mengenal, menggunakan produk dalam negeri. Untuk itu, kita sudah melakukan beberapa kegiatan sosialisasi sekaligus edukasi melalui kegiatan menulis, membaca, dan menggambar untuk anak-anak SD di sejumlah daerah terpencil, baik di Pulau Jawa hingga di wilayah Indonesia Timur," ungkap Megusdyan.

Mengutip data UNESCO, budaya membaca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Data UNESCO menyebutkan persentase minat baca Indonesia sebesar 0,01 persen atau hanya 1 banding 10.000. Untuk mendukung gerakan Ayo Membaca yang sedang digalakkan oleh pemerintah RI, Standardpen melakukan gerakan mengajak anak Indonesia kembali menulis dengan tangan. Pergerakan saat menulis dengan tangan dapat meninggalkan memori (daya ingat) pada bagian sensormotor otak yang membantu orang mengenal huruf dan membangun hubungan antara membaca dan menulis.

Ajakan #ayomenulis ini disertai dengan kegiatan bertajuk Satu Juta Bolpoin Untuk Anak Indonesia yang dibagikan dari pinggiran kota, di antaranya Gunung Sinabung Sumatera Barat, Madura, Pulau Bawean, Jember, Banyuwangi, Situbondo, Pati, Malang, Lamongan, Gunung Slamet, Kulonprogo Yogyakarta, Pandeglang, Serang Banten, dan Jakarta Barat.

Tahun ini, Standardpen hadir menemui anak-anak di Timur Indonesia, di antaranya Flores (Maumere, Ende, Bajawa), Nusa Tenggara Barat (Sumbawa Besar, Tambora), dan Bulukumba Sulawesi Selatan serta Mandar Sulawesi Barat. Hal ini dilakukan Standardpen guna membantu semangat anak-anak dalam menjalani pendidikan. ?Dalam kesempatan ini, kami mengajak anak-anak dan?guru untuk melestarikan menulis dengan tangan agar dapat mengasah kinerja otak,? kata Megusdyan.

Selain kota-kota tersebut, Standardpen secara terus menerus menyalurkan bantuan alat tulis ke pelosok-pelosok negeri untuk membantu anak-anak yang membutuhkan. ?Selain membagikan bolpoin, Standardpen juga membagikan buku tulis dan tas sekolah sebagai program Corporate Social Responsibility (CSR) Standardpen,? kata Shara Christanti selaku Public Relations PT Standardpen Industries.

Hasil riset Harvard University, Amerika Serikat menjelaskan bahwa ada lima manfaat menulis bagi anak-anak. Manfaat tersebut ialah mengurangi stres, belajar mengeluarkan pendapat secara bijak, belajar merangkai kata, melatih kesabaran, serta menambah ilmu dan wawasan.

Cinta Produk Indonesia

Mengenalkan anak-anak untuk menggunakan produk dalam negeri yang berkualitas tidak mudah, karena adanya mindset produk luar negeri lebih branded dan berkualitas dibandingkan produk lokal, lanjut Megusdyan. Di sisi lain, sebagai kampanye Cinta Produk Indonesia, Standardpen juga berusaha menjaga kualitas demi kepuasan konsumen dalam menggunakan produk alat tulis lokal. Sebab saat ini begitu banyak produk alat tulis impor dari luar negeri yang beredar di masyarakat, namun kualitasnya tidak memuaskan bahkan ada yang memalsukan brand terkenal, baik brand lokal maupun produk luar.

"Kami sangat berharap pemerintah untuk terus mendukung peggunaan produk dalam negeri secara konsisten. Memang banyak produk impor yang berkualitas, namun tidak dengan produk impor ilegal untuk barang berkualitas rendah. Ini bisa dilihat di tingkat peritel di lapangan yang menawarkan produk KW, bahkan produk ilegal hingga produk palsu. Tentu hal ini tidak adil buat kami selaku produsen, juga para konsumen sebagai pengguna akhir," tegas Megusdyan.

Kendati demikian, Megusdyan sangat mendukung langkah pemerintah. Dalam hal ini Kementrian Keuangan yang telah membentuk Satgas Barang Impor Ilegal yang diumumkan pada Rabu (12 /7/2017) di Kantor Direktorat Bea dan Cukai. Sebagaimana dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani, kehadiran satgas ini diharapkan mampu mendorong iklim investasi yang sehat dan daya saing Indonesia guna peningkatan daya saing Indonesia di masa mendatang.

Sebabnya, lanjut Megusdyan, proses produksi alat tulis saat ini sudah menggunakan teknologi terkini, seperti penggunaan mesin canggih dari Jepang hingga Swiss karena pembuatan bolpoin yang sangat kompleks. "Untuk menghasilkan satu batang bolpoin dibutuhkan mesin yang kuat, disiplin, quality control yang ketat, serta bahan yang bermutu. Dari satu batang bolpoin saja proses yang dilalui sangat rumit dan dibutuhkan ketelitian. Jadi sangat disayangkan kalau usaha dan investasi kita tidak didukung penuh oleh pemerintah,? pungkas Megusdyan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

Advertisement

Bagikan Artikel: