Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Beberkan 10 Komoditas Penyumbang Inflasi di Sulsel

BI Beberkan 10 Komoditas Penyumbang Inflasi di Sulsel Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -
Kepala Divisi Advisory Ekonomi Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Musni Hardi Kasuma Atmaja, memaparkan perkembangan inflasi di daerahnya yang relatifnya cukup stabil. Dipetakannya pula sekitar 10 komoditas utama yang berkontribusi membentuk inflasi. Mulai dari beras, ikan bandeng, ikan layang, ikan cakalang, bawang merah, daging sapi, cabai merah, daging ayam, ikan teri dan pisang.
"Rentang 2012 sampai 2016, kami sudah memetakan 10 komoditas utama penyumbang inflasi di Sulsel. Beras tercatat memiliki andil paling tinggi mencapai 1,68 persen. Itu jauh di atas ikan bandeng (0,81 persen), ikan layang (0,44 persen), ikan cakalang (0,38 persen) dan bawang merah (0,34 persen)," kata Musni, Rabu,?(26/7/2017).
Menurut Musni, sebanyak 10 komoditas utama penyumbang inflasi di Sulsel tersebut memiliki peristensi yang tinggi. Artinya, tatkala komoditas tersebut mengalami kenaikan harga maka sulit untuk kembali normal seperti sedia kala. Berdasarkan hasil uji, sambung dia, beras dan daging sapi memiliki peristensi tertinggi, masing-masing mencapai 0,97 dan 0,91. ?
Musni mengimbuhkan pemantauan terhadap seluruh komoditas, terutama penyumbang inflasi menjadi atensi. Pasalnya, merujuk dari situ pihaknya bisa mengambil kebijakan pengendalian inflasi. Mulai dari melakukan operasi pasar hingga membangun kluster komoditas tertentu. Muaranya yakni terciptanya kestabilan harga komoditas sehingga masyarakat bisa tetap membeli kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau.
Dalam mengendalikan laju inflasi, Musni menyebut BI tidak bisa bekerja sendiri. Makanya dibentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang juga merupakan amanat dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Tim khusus tersebut mengambil peran strategis dalam pengendalian laju inflasi di daerahnya masing-masing. Diimbaunya pula agar masyarakat lebih peduli dan ikut pro-aktif dalam pengendalian inflasi.?
Dipaparkan Musni, inflasi memiliki dampak yang sangat besar. Bukan hanya pada perekonomian Indonesia, tapi juga individu. Inflasi yang terlalu tinggi, kata dia, akan menurunkan daya beli masyarakat dan investasi produktif. Alhasil, kesenjangan pendapatan akan semakin lebar diiringi dengan naiknya gini ratio yang menjadi problematika bangsa Indonesia. "Inflasi yang tinggi juga dipastikan akan menghambat pertumbuhan ekonomi," tutupnya.?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: