Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bos Bappenas Beberkan Lima Penyebab Ketimpangan Ekonomi RI

Bos Bappenas Beberkan Lima Penyebab Ketimpangan Ekonomi RI Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Masalah ketimpangan ekonomi masih menjadi isu penting di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kesenjangan pengeluaran penduduk yang diukur melalui rasio gini pada Maret 2017 turun tipis 0,001 poin menjadi 0,393 dibandingkan September 2016 sebesar 0,394.

Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa pemerintah terus fokus dalam mengurangi tingkat ketimpangan kaya-miskin serta angka kemiskinan.

Ia pun mengungkapkan lima indikasi penyebab terjadinya ketimpangan. Pertama kebijakan sektoral. Hal ini dipengaruhi oleh kontribusi sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi dan booming komoditas harga barang tambang meningkat. Kedua pertumbuhan penduduk dan upah. Pertumbuhan penduduk ekonomi ke bawah relatif tinggi, serta kuranggnya akses umber daya produktif dan perbedaan pendapatan.

?Ketiga kebijakan tenaga kerja. Dalam hal ini, belum maksimalnya daya serap pasar tenaga kerja formal serta kurangnya tenaga terampil,? kata Bambang saat menghadiri Indonesia Development Forum (IDF) 2017 di Jakarta, Rabu (9/8/2017).

Keempat akses pelayanan dasar dan kepemilikan. Hal ini berkaitan dengan kesempatan memperoleh kepemilikan aset dan perbedaan latar belakang hidup mendorong lahirnya ketimpangan. Kelima masalah konektivitas, terutama kurangnya akses masyarakat Indonesia bagian tImur.

Menurutnya, kepemilikan aset dapat menjadi salah satu faktor penentu dalam mengurangi ketimpangan. Tanpa aset produktif yang memadai, masyarakat ekonomi bawah tidak dapat keluar dari kemiskinan serta tidak dapat meningkatkan pendapatannya.

Selain itu, tanpa aset yang memadai, keluarga rentan tidak dapat berinvestasi yang cukup untuk masa depan anak-anak mereka. Hal demikian akan berulang terus menerus dalam suatu siklus, dan menjadi lingkaran setan (vicious circle).

"Pertumbuhan ekonomi sebenarnya dinikmati oleh semua kelompok. Tapi perbaikannya justru yang berbeda. Di mana perbaikan gini pada kelompok menengah ke atas bisa lebih baik, namun yang di bawah tetap stagnan. Ini yang harus diperhatikan," pungkas dia.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

Advertisement

Bagikan Artikel: